Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




BERDOA DENGAN RATAP TANGIS

TEARS IN PRAYER
(Indonesian)

oleh Dr. Christopher L. Cagan
diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Minggu Malam, 2 Juni 2019
A sermon preached at the Baptist Tabernacle of Los Angeles
Lord’s Day Evening, June 2, 2019

“Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibrani 5:7).


Teks kita berbicara tentang Yesus yang sedang berdoa di Taman Getsemani, malam sebelum Dia disalibkan. Dia berada di bawah tekanan besar ketika dosa kita ditimpakan kepada-Nya di sana, agar Dia membawa di dalam tubuh-Nya ke Kayu Salib keesokan harinya. Injil Lukas memberi tahu kita,

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).

Kristus berdoa “dalam penderitaan” malam itu. Teks kita mengatakan bahwa Dia “mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan.” Doa Yesus penuh dengan emosi dan perasaan, ratap tangis dan keluhan. Malam ini saya ingin berbicara tentang emosi dan perasaan dalam doa.

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

SEKARANG KHOTBAH-KHOTBAH KAMI DAPAT DIAKSES DENGAN TELEPON SELULER ANDA.
KUNJUNGI WWW.SERMONSFORTHEWORLD.COM.
KLIK TOMBOL WARNA HIJAU DENGAN KATA “APPLIKASI”.
IKUTI INSTRUKSI SELANJUTNYA

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

I. Pertama, doa yang salah dengan disertai perasaan.

Banyak orang Pentakosta dan karismatik berpikir bahwa berteriak dan menangis, emosi dan perasaan, adalah bagian penting dari doa. Mereka berpikir bahwa menjerit dan menangis berarti Roh Kudus ada di dalam doa, dan jika tidak ada yang gemetar dan menjerit-jerit, itu berarti Roh Kudus tidak ada di sana. Mereka mengatakan ini bukan hanya tentang doa, tetapi tentang cara yang sama ketika mereka bernyanyi, ketika mereka mendengar khotbah, dan ketika mereka melakukan segala sesuatu dalam kebaktian di gereja. Tetapi mereka salah. Emosi itu sendiri tidak ada artinya. Itu bisa menghilangkan doa. Bahkan bisa menjadi kesetanan.

Ijinkan saya memberi Anda sebuah contoh dari Alkitab tentang emosi yang salah dalam doa. Elia menghadapi para nabi Baal. Dia mengatakan kepada mereka untuk menghabiskan satu hari berseru kepada Baal, sementara dia akan berdoa kepada Tuhan Israel. Tuhan yang menjawab dengan api akan menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang sejati. Para nabi Baal menjadi liar dan emosional dalam doa-doa mereka. Itu akan terlihat bagus di banyak gereja hari ini! Mereka “memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu”(I Raja-raja 18:26). Pada sore hari “memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka” (1 Raja-raja 18:28). Tetapi “tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab” (I Raja-raja 18:29). Kemudian Elia berdoa dengan doa sederhana kepada Tuhan dan Tuhan mengirimkan api dari Sorga. Emosi kesetanan, berjingkat-jingkat, berteriak dan menangis dan yang lainnya, tidak membantu para nabi palsu. Perasaan itu sendiri tidak berarti apa-apa.

Saya telah melihat emosi itu sendiri berkali-kali. Tidak pernah ada gunanya. Suatu kali saya menasihati seorang gadis di ruang pemeriksaan, mencoba membimbingnya kepada Kristus. Dia terus menangis dan berguncang. Dia tidak mau berhenti ketika saya memintanya. Dia berkata bahwa dia menangisi dosa-dosanya, tetapi dia tidak pernah berpindah dari tangisan itu kepada Yesus. Dia tidak pernah memusatkan perhatiannya pada Kristus. Dia tidak pernah diselamatkan. Kemudian dia meninggalkan gereja dan menjalani kehidupan yang penuh dosa.

Beberapa orang sangat emosional. Mereka hancur dan menangis sejadi-jadinya. Saya ingat seorang gadis lain yang melakukan hal itu. Itu bukan setelah khotbah, atau ketika dia sedang dibimbing untuk percaya Kristus. Itu setiap saat. Dia akan menangis dan menangis. Dia tidak bisa memusatkan perhatian pada Kristus, atau gereja, atau Alkitab. Suatu hari dia merasa sedih. Dia mengikuti perasaannya dan meninggalkan gereja. Saya tidak pernah melihatnya lagi.

Menangis dan berteriak tidak membuat sesuatu menjadi “nyata”. Itu tidak membuat doa menjadi nyata. Mencoba membuat diri Anda menangis atau berteriak tidak ada gunanya. Ketika Anda berdoa, pikirkan apa yang Anda doakan. Anda bisa berdoa dengan menangis atau tidak. Yesus menunjukkan emosi di Taman Getsemani. Dia berdoa “dengan ratap tangis dan keluhan.” Tetapi itu bukan menangis untuk kepentingan-Nya sendiri. Air mata-Nya tidak membuat doa itu menjadi baik. Air mata-Nya mengalir dari doa-Nya. Air mata-Nya tumpah dari doa-Nya. Dia berseru kepada Allah dalam kesusahan-Nya, dalam tekanan dan rasa sakit-Nya, ketika dosa umat manusia ditanggungkan kepada-Nya. Tangisan-Nya keluar dari keseriusan-Nya, keprihatinan-Nya, kebutuhan-Nya, beban-Nya, penderitaan-Nya. Demikian juga dengan Anda. Jangan mencoba menangis. Jangan berencana untuk menangis atau bersiap untuk menangis. Berdoalah saja. Tuhan mungkin akan membuat Anda untuk menangis, atau Ia mungkin tidak melakukannya, tetapi apa pun itu, itu haruslah doa yang sesungguhnya.

II. Kedua, doa yang salah tanpa disertai perasaan.

Banyak hal yang disebut “doa” hari ini bukanlah doa sama sekali. Itu hanya sesuatu yang diucapkan seseorang, bukan doa yang benar kepada Tuhan. Itu kata-kata yang terdengar bagus, yang terdengar religius, tetapi itu hanya formalitas, tanpa makna, tanpa sungguh berpaling kepada Tuhan dan meminta sesuatu kepada-Nya.

Saya telah menghadiri banyak upacara wisuda. Di awal upacara ada sesuatu yang disebut “doa.” Seharusnya doa, tetapi bukan. Orang tersebut mengucapkan beberapa kalimat permohonan agar para lulusan itu menjadi baik, dan untuk para mahasiswa untuk memiliki kehidupan yang baik. Tetapi tidak benar-benar mengharapkan Tuhan untuk menjawab dan benar-benar melakukan sesuatu atau mengubah sesuatu - apalagi orang yang “berdoa.” Tidak pernah ada perasaan atau ekspresi hati dalam doa seperti itu.

Suatu kali saya mengunjungi Washington, D.C., ibu kota negara kita. Di sana saya pergi ke Katedral Nasional. Presiden Reagan baru saja meninggal, dan mereka bersiap untuk melakukan pemakamannya. Di sana saya mendengar seorang imam Episkopal mengucapkan kata-kata “doa.” Tetapi dia sama sekali tidak berdoa. Dia membaca kata-kata dari sebuah buku. Itu saja. Dia tidak meminta Tuhan untuk melakukan apa pun. Dia tidak mengharapkan jawaban. Dia hanya mengucapkan kata-kata karena itu yang seharusnya dia lakukan. Tidak ada perasaan dari hati.

Yesus berbicara tentang seorang Farisi yang pergi ke Bait Suci untuk berdoa. Pria itu berkata, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” (Lukas 18:11, 12). Dia sama sekali tidak berdoa. Dia tidak meminta apa pun dari Tuhan. Sebaliknya dia mengatakan kepada Tuhan betapa baiknya dia. Kristus berkata bahwa dia hanya berdoa “dengan dirinya sendiri” (Lukas 18:11). Dia tidak menunjukkan perasaan. Dia tidak berdoa dari hatinya.

Kristus menegur orang-orang Farisi karena doa-doa palsu mereka. Dia berkata, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang” (Matius 23:14). Mereka menaikan doa panjang untuk menunjukkan bahwa diri mereka suci. Tetapi yang sebenarnya yang mereka inginkan adalah mengambil rumah dan uang dari para janda itu. Sesederhana itu. Perasaan apa pun yang mereka perlihatkan adalah palsu agar mereka akan terlihat baik. Mereka tidak berdoa dari hati. Hati mereka tidak benar.

Anda mungkin berkata, “Saya tidak suka mereka.” Tetapi apakah Anda berdoa dengan salah, hanya sekedar mengucapkan kata-kata belaka? Saya pernah melakukannya. Dalam waktu doa pribadi Anda, apakah Anda hanya menyebutkan orang-orang dan hal-hal yang Anda doakan, tanpa memikirkan mereka, tanpa benar-benar meminta jawaban doa dari Tuhan? Sudahkah Anda melakukan itu dalam kebaktian doa di gereja? Saya pernah melakukannya. Sudahkah Anda berdoa karena Anda seharusnya berdoa sesuatu - karena giliran Anda untuk berdoa telah tiba? Anda senang ketika kebaktian doa selesai dan Anda tidak perlu berdoa lagi. Itu bukan doa yang sesungguhnya. Itu hanya apa yang wajib Anda jalani. Sudahkah Anda mencoba “berdoa dengan indah” untuk mengesankan orang lain? Saya kenal seseorang yang merencanakan doanya sebelumnya. Itu bukan doa, itu orasi, pidato. Saya berkata, “Jangan rencanakan doa-doa Anda, berdoa sajalah!” Sebelum kebaktian doa, luangkan beberapa menit meminta Tuhan untuk membantu Anda berdoa. Dan ketika Anda berdoa dalam sebuah kebaktian doa atau sendirian, pikirkan tentang apa yang Anda doakan. Pikirkan betapa buruk situasinya jika Tuhan tidak membantu. Pikirkan betapa Anda membutuhkan jawaban Tuhan. Berpuasa akan membantu doa-doa Anda, karena itu akan memusatkan perhatian Anda dan menunjukkan kepada Tuhan bahwa Anda serius. Berbaliklah kepada Allah dalam doa Anda dan memohon kepada-Nya untuk memberikan apa yang Anda minta. Anda mungkin menangis dengan penuh perasaan. Jangan hentikan diri Anda. Tuhan telah menggerakkan Anda untuk itu. Terkadang Anda mungkin tidak menangis. Jangan memaksakan diri untuk menangis. Doa itu tidak menjadi baik karena ia menangis - dan itu tidak menjadi baik karena ia tidak menangis. Doa itu menjadi baik ketika Tuhan ada di dalamnya!

III. Ketiga, doa yang benar dengan dan tanpa disertai perasaan.

Teks kita mengatakan bahwa Kristus berdoa di Taman itu “dengan ratap tangis dan keluhan.” Tetapi kadang-kadang doa sejati yang mendapatkan jawabannya terjadi dengan sedikit atau tanpa perasaan. Saya memberi tahu Anda bagaimana para nabi Baal berdoa kepada para dewa mereka. Sekarang izinkan saya memberi tahu Anda bagaimana Elia berdoa. Dia berkata,

“Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali” (I Raja-raja 18:36, 37).

Tidak ada catatan bahwa Elia menangis. Tidak ada catatan bahwa dia berjingkat-jingkat. Dia tentu saja tidak menorah-noreh dirinya sendiri! Dia hanya berdoa dengan serius kepada Tuhan. Dia memohon agar kiranya Tuhan menunjukkan kepada orang-orang itu bahwa Dia adalah Tuhan yang benar. Dan Tuhan menjawab doa itu dan mengirimkan api dari sorga untuk membakar korban persembahan Elia. Orang-orang itu berkata, “TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!”(I Raja-raja 18:39). Doa Elia yang serius, tanpa catatan emosi, sangat kontras dengan cara doa para nabi Baal yang liar. Doa yang sejati tidak perlu memiliki perasaan. Namun perlu memiliki Tuhan!

Tetapi sebagian besar waktu perasaan, bahkan air mata, menyertai doa yang sungguh-sungguh. Jika Anda merasakan kebutuhan Anda, wajar saja jika Anda memiliki perasaan. Anda bisa memanggil Tuhan dengan semangat, urgensi, dan menangis. Anda dapat menangis dan memohon kepada-Nya dengan air mata. Berkali-kali Alkitab menghubungkan air mata dan doa. Pemazmur berdoa, “Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku” (Mazmur 39:12).

Raja Hizkia sakit hampir mati. Hizkia berdoa kepada Tuhan. Bagaimana dia berdoa? Alkitab berkata, “Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat” (II Raja-raja 20: 3). Tentu saja dia menangis. Dia akan mati. Dia menangis dengan sangat. Dia menangis dalam doanya. Kemudian firman Tuhan datang kepada nabi Yesaya. Yesaya berkata, “Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau” (II Raja-raja 20:5). “Telah Kulihat air matamu.” Tuhan melihat dan merasakan air mata Hizkia yang tak berdaya, memohon dalam doa. Dan Tuhan menjawab dan menyelamatkan hidup raja.

Dalam Perjanjian Baru, seorang pria datang kepada Yesus. Putranya kerasukan setan. Kristus bertanya kepadanya apakah dia percaya putranya dapat disembuhkan. Dan “Segera ayah anak itu berteriak, dan berkata dalam tangis: Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” – cetak miring ada dalam KJV (Markus 9:24). Yesus mengusir iblis itu keluar dari anak itu. Seringkali bagian ini digunakan untuk menunjukkan bahwa orang yang lemah imannya bisa mendapatkan jawaban. “Tolonglah aku yang tidak percaya ini.” Tetapi bagian ini juga mengatakan bahwa sang ayah “berteriak” dan berbicara kepada Kristus “dengan berlinangan air mata.” Orang ini bukan salah satu dari para Murid. Dia bahkan bukan orang yang telah diselamatkan. Dia hanya “seorang dari orang banyak itu,” hanya seorang di antara orang banyak (Markus 9:17). Tetapi dia membawa putranya kepada Yesus dan menangis kepada-Nya.

Mengapa orang itu berseru kepada Yesus dengan air mata? Dia bukan pejuang doa. Dia bahkan belum diselamatkan. Wajar baginya untuk berbicara kepada Kristus dengan cara itu, karena ia melihat kebutuhannya sendiri dalam keputus-asaan. Putranya kerasukan setan dan tidak ada cara untuk membebaskannya tanpa Yesus. Pria itu tidak membuat dirinya menangis. Dari kebutuhannya, dari keputus-asaannya, mengalirlah air mata. Kebutuhan yang dirasakan, kesadaran akan keputus-asaan dan keadaannya yang tanpa harapan, seringkali menyebabkan tangisan pecah dan air mata mengalir. Dia berbicara dalam doa yang nyata, dengan disertai perasaan.

Dan itu membawa kita kembali ke teks kita. Kristus berdoa di Taman itu “dengan ratap tangis dan keluhan.” Dia bukan cengeng. Dia bukan gadis emosional yang menangis tentang segalanya. Dia adalah pria dewasa, lebih dari tiga puluh tahun. Mengapa Dia menangis? Karena Dia tergerak dalam hati-Nya. Dia merasakan dosa dari setiap manusia yang sedang ditanggung-Nya. Dia memikirkan penderitaan yang mengerikan yang harus Dia tanggung di kayu Salib pada hari berikutnya, atau tidak ada yang bisa diselamatkan. Namun beban dosa manusia itu hampir membunuh-Nya. Tanpa kekuatan yang diberikan oleh Bapa, Dia akan mati di Taman Getsemani malam itu dan tidak akan pernah sampai ke Kayu Salib. Kristus diliputi oleh hati-Nya. Maka Dia berdoa “dengan ratap tangis dan keluhan.” Itu normal dan alami dalam situasi seperti itu. Justru akan mengejutkan jika Dia tidak berdoa dengan perasaan. Yesus berdoa “dengan ratap tangis dan keluhan.” Dan teks kita mengatakan kepada kita bahwa Dia “didengar.” Allah Bapa menjawab doa-Nya dan membuat Dia tetap hidup untuk dapat pergi ke Kayu Salib pada hari berikutnya. Allah Bapa menjawab “dengan ratap tangis dan keluhan.”

Saudara Kristen, saya bertanya kepada Anda, “Apakah Anda berdoa dengan meratap dan menangis?” Saya tidak berbicara tentang setiap doa yang Anda panjatkan. Tetapi sekali lagi saya bertanya kepada Anda, “Apakah Anda pernah berdoa dengan tangisan dan air mata?” Ya, hampir tidak sesering yang seharusnya. Apakah Anda terkadang berdoa dengan beban kebutuhan, memohon jawaban Tuhan - terkadang dengan meratap dan menangis? Jika Anda tidak pernah melakukannya, Anda tidak memiliki kehidupan doa yang baik. Jika Anda seperti itu, jangan berhenti berdoa dan menunggu sampai doa Anda lebih baik. Bukan itu yang Tuhan inginkan. Tetapi berdoalah agar Tuhan memberi Anda keyakinan akan kebutuhan Anda, dan kemudian Anda akan berdoa dengan perasaan. Jika Anda berpuasa, kapan pun Anda merasa lapar, pikirkan apa yang Anda doakan. Beralihlah kepada Tuhan dan berdoa.

Beberapa dari Anda masih terhilang. Anda belum percaya kepada Yesus. Saya bertanya kepada Anda, “Apakah Anda merasakan dosa Anda dengan tangisan dan air mata - setidaknya pada suatu waktu?” Apakah Anda memiliki keinsafan akan dosa Anda? Menangis bukan tujuannya - Yesus adalah tujuannya. Percayalah kepada-Nya entah Anda menangis atau tidak. Tetapi saya berkata, “Apakah Anda merasakan kesedihan atas dosa di dalam hatimu?” Seharusnya, karena hatimu “jahat sekali” (Yeremia 17: 9). Berdoalah agar kiranya Tuhan menunjukkan dosa yang sangat besar itu di hati Anda. Kemudian berdoalah agar Tuhan menarik Anda kepada Kristus.

Yesus adalah jawaban untuk kebutuhan Anda. Dia adalah obat dan pembayaran untuk dosa Anda. Dia telah mati di kayu Salib untuk membayar setiap dosa, bahkan dosa dari hati Anda. Dia telah mencurahkan Darah-Nya untuk menghapus dosa Anda dan membasuh dosa Anda selamanya. Ia telah bangkit dari kematian untuk menaklukkan maut dengan hidup, tidak hanya untuk diri-Nya sedniri tetapi juga untuk Anda. Jika Anda percaya kepada Yesus, Anda akan diselamatkan selamanya. Jika Anda ingin berbicara dengan kami tentang bagaimana percaya Kristus, silakan maju ke depan dan duduk di dua baris pertama. Amin.


Jika khotbah ini memberkati Anda Dr. Hymers akan senang mendengar dari Anda. KETIKA ANDA MENULIS KEPADA DR. HYMERS ANDA HARUS MEMBERITAHU BELIAU DARI NEGARA MANA ANDA MENULIS ATAU IA TIDAK DAPAT MENJAWAB EMAIL ANDA. Jika khotbah ini memberkati Anda silahkan mengirim email kepada Dr. Hymers dan ceritakan kepadanya, tetapi selalu jelaskan pada beliau dari negara mana Anda mengirimnya. E-mail Dr. Hymers ada di rlhymersjr@sbcglobal.net (klik di sini). Anda dapat menulis email kepada Dr. Hymers dalam bahasa apapun, namun tulislah dalam bahasa Inggris jika Anda dapat. Jika anda ingin menulis surat kepada Dr. Hymers melalui pos, alamat beliau adalah P.O. Box 15308, Los Angeles, CA 90015. Anda boleh menelepon beliau di (818)352-0452.

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah Dr Hymers setiap minggu di Internet
www.sermonsfortheworld.com.
Klik pada “Khotbah Indonesia.”

Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Anda dapat menggunakannya tanpa
meminta izin kepada Dr. Hymers. Namun, semua video khotbah Dr. Hymers dilindungi
hak cipta dan hanya dapat digunakan dengan izin.

Persembahan Pujian Sebelum Khotbah oleh Mr. Jack Ngann:
“Teach Me to Pray” (oleh Albert S. Reitz, 1879-1966).


GARIS BESAR KHOTBAH

BERDOA DENGAN RATAP TANGIS

TEARS IN PRAYER

oleh Dr. Christopher L. Cagan

“Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibrani 5:7).

(Lukas 22:44)

I.   Pertama, doa yang salah dengan disertai perasaan, I Raja-raja 18:26, 28, 29.

II.  Kedua, doa yang salah tanpa disertai perasaan, Lukas 18:11, 12; Matius 23:14.

III. Ketiga, doa yang benar dengan dan tanpa disertai perasaan,
I Raja-raja 18:36, 37, 39; Mazmur 39:12; II Raja-raja 20:3, 5;
Markus 9:24, 17; Yeremia 17:9.