Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




METODE PEMURIDAN KRISTUS

CHRIST’S METHOD OF MAKING DISCIPLES
(Indonesian)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Minggu Malam, 15 Juli 2018
A sermon preached at the Baptist Tabernacle of Los Angeles
Lord’s Day Evening, July 15, 2018


Mari kita membuka Matius 10:1. Itu ada pada halaman 1008 di Scofield Study Bible. Lihatlah paruh pertama ayat 1

“Yesus memanggil kedua belas murid-Nya...”

Kata “murid” di sini diterjemahkan dari kata Yunani “mathétés.” Kata itu dalam Perjanjian Baru mengacu pada seseorang yang belajar dari seorang guru dan mengikuti guru itu. Ini diterapkan pada dua belas orang yang mengikuti Yesus.

Adalah tujuan saya untuk menunjukkan kepada Anda bagaimana Kristus memanggil kedua belas orang ini, dan bagaimana Dia melatih mereka sebelum mereka dilahirkan kembali. Itu bukan cara yang dilakukan di sebagian besar gereja kita hari ini. Mulai dari berbicara tentang bahasa lidah di gereja-gereja Pentakosta hingga para pengajar Alkitab Fundamental - semua yang saya tahu melakukan variasi dari hal yang sama. Mereka biasanya mendapatkan orang baru terpojok dan mengatakan sesuatu seperti, “Apakah Anda ingin pergi ke Surga?” Mereka cenderung menekan orang baru sampai sebagian besar dari mereka berkata, “Ya, saya menginginkannya.” Kemudian pemenang jiwa itu berkata, “Berdoalah bersama dengan saya.” Orang baru yang masih bingung itu mengucapkan kata-kata yang sama menirukan “pemenang jiwa” itu - yang kemudian mengatakan sesuatu seperti Joel Osteen mengatakan di akhir khotbahnya, “Kami percaya, jika Anda mengucapkan doa itu, Anda baru saja terlahir kembali.” Di gereja-gereja yang lebih baik, mereka menuliskan nama dan nomor telepon dari orang yang mereka doakan - dan kemudian, beberapa hari kemudian, mereka mengirim seseorang untuk “ menindaklanjuti” (follow up) orang yang mereka sebut orang baru bertobat itu. Dalam pengalaman saya, hampir tidak pernah menghasilkan orang Kristen sejati dengan cara ini! Orang yang mereka doakan biasanya bukan orang yang benar-benar telah bertobat. Mereka sering bersembunyi dari “pemenang jiwa,” atau mereka berteriak kepadanya agar ia “pergi!” Ketika Anda mencoba “menindaklanjuti” mereka tidak akan merespon Anda dengan baik!

Apa yang salah dengan metode ini? Metode ini biasanya tidak berfungsi! Bahkan hampir tidak pernah berhasil. Saya telah menjadi pengkhotbah Baptis selama enam puluh tahun dan itu adalah pengalaman saya. Mengapa itu tidak “berfungsi”? Mengapa itu tidak menghasilkan murid? Itu karena kebanyakan dari kita belum cukup memikirkan cara Yesus melakukan pemuridan! Itulah alasannya!

Anda mungkin berpikir saya sedang mengajar faham “Lordship Salvation,” tetapi saya tidak setuju dengan itu. Saya tidak mengajarkan apa yang diajarkan oleh John MacArthur dan Paul Washer. Untuk mengetahui mengapa saya menolak faham “Lordship Salvation” tolong bacalah apa yang saya katakan tentang itu dalam buku kami, Preaching to a Dying Nation, halaman 117-119. Seluruh buku itu dapat dibaca secara gratis di situs website kami, www.sermonsfortheworld.com. Keselamatan terjadi dengan percaya Yesus dan disucikan oleh Darah-Nya.

Tetapi tunjukkan satu tempat dalam Empat Injil di mana Yesus memimpin orang-orang untuk mengucapkan “doa orang berdosa,” dan kemudian menindaklanjuti mereka. Anda tidak dapat menunjukkan kepada saya bahkan satu tempat di mana Yesus Kristus melakukannya! Justru Dia selalu melakukan “tindak lanjut” (follow up) terlebih dahulu. Dia memberi tahu mereka di depan apa yang mereka hadapi lebih dulu!

Begitulah cara Yesus Kristus membuat orang-orang-Nya bertobat! Dia tahu mereka perlu mendengar kebenaran keras dari pemuridan terlebih dahulu - sebelum mereka benar-benar percaya kepada-Nya dan diselamatkan!

“Tetapi,” seseorang mungkin berkata, “kebenaran yang keras akan membuat mereka takut.” Benar! Kebenaran yang keras akan menakut-nakuti sebagian besar dari mereka! Banyak murid Kristus meninggalkan Dia. Dia tidak memohon agar mereka tetap tinggal. Dia berkata kepada Dua Belas, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yohanes 6:67). Tidak semua akan pergi! Orang-orang yang tinggal dan mau belajar akan menjadi murid Kristus yang kuat, dan tentara salib!

Isaac Watts berbicara kepada jenis evangelikal yang lebih tua di abad ke-18. Isaac Watts berkata,

Tentara salib akukah, Pengikut Almasih,
Yang takut mengakuiNya, Dan malu bersaksi?

Tentu ku harus berjuang; O tambah imanku!
Ku tahan t'rus dalam perang, Di tolong FirmanMu.
   (“Am I a Soldier of the Cross?” oleh Dr. Isaac Watts, 1674-1748/
      Nyanyian Pujian No. 255).

Kita tidak dapat mengharapkan orang-orang baru melompat terlebih dahulu ke dalam peperangan berdarah bagi Kristus. Akan lebih mudah jika mereka melakukannya. Tetapi saya tidak menjadi orang Kristen seperti itu. Saya harus belajar pertama bahwa orang Kristen yang memikul salib adalah orang Kristen sejati. Saya harus melalui beberapa pemuridan yang sulit sebelum saya percaya Yesus, sebelum saya menjadi tentara salib. Dan begitu juga Anda!

Apa yang baru saja saya katakan tidak dilakukan oleh sebagian besar gereja kita hari ini! Meskipun demikian, itu benar. “Tentu ku harus berjuang; O tambah imanku! Ku tahan t'rus dalam perang, Di tolong FirmanMu.” Itulah yang dikatakan oleh penulis lagu rohani injili terbesar abad ke-18. Dan itulah puluhan ribu orang yang berdiri di atas salju yang dingin untuk bernyanyi sebelum George Whitefield atau John Wesley berkhotbah! Tetapi Anda tidak akan mendengar nyanyian itu dinyanyikan di banyak kebaktian hari ini! Saya pikir mungkin itulah sebabnya biasanya ada sangat sedikit himne tentang “peperangan Kristen” dalam buku-buku lagu yang kita gunakan sekarang. Nyanyian-nyanyian yang menyerukan peperangan Kristen dan pemuridan yang serius menjadi sangat tidak populer sekarang dibandingkan pada abad ke-18 ketika Isaac Watts menulis lagu “Tentara Salib Akukah?” (Am I a Soldier of the Cross?).

Itu membawa kita ke pesan Injil itu sendiri. Kapan Yesus mulai mengkhotbahkan Injil kepada para Murid-murid-Nya? I Korintus 15:3, 4 memberikan fakta dasar Injil:

“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (I Korintus 15:3, 4).

Yesus mulai memberikan Injil kepada para Murid-Nya sekitar setahun setelah mereka mulai mengikut Dia. Itu dicatat dalam Matius 16:21, 22,

“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” (Matius 16:21, 22).

Petrus telah mengikuti Yesus selama sekitar satu tahun. Namun Petrus menegur Yesus karena mengatakan bahwa Ia akan “dibunuh, dan dibangkitkan kembali pada hari yang ketiga” (Matius 16:21). Jelas bahwa Petrus masih tidak mengerti Injil setidaknya setahun setelah ia menjadi murid Yesus

Setelah satu tahun mengikut Yesus, Ia kembali memberitakan Injil kepada para Murid,

“Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali

Perhatikan bahwa mereka telah melihat Yesus berubah rupa ketika dimuliakan di atas bukit. Setelah mereka melihat Yesus dimuliakan, para Murid gagal mengusir setan dari seorang pemuda. Ketika mereka bertanya kepada Yesus mengapa mereka tidak bisa mengusir setan, Yesus berkata, “Karena ketidakpercayaanmu” (Matius 17:20). Kemudian Yesus sekali lagi memberi mereka Injil, “mereka akan membunuh Dia [Yesus] dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali” (Matius 17:23 TB LAI). Para Murid masih tidak mengerti Injil!

Ketiga kalinya Yesus memberitakan Injil kepada para Murid dalam Matius 20:17-19. Bagian paralelnya adalah Lukas 18:31-34.

“Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit." Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan” (Lukas 18:31-34).

Para Murid masih belum memahami Injil setelah Yesus mengajarkannya kepada mereka selama dua tahun,

“Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan” (Lukas 18:34).

Bahkan setelah mendengar Injil beberapa kali, para Murid masih tidak mengerti apa yang Yesus bicarakan!

Tetapi Yesus mengatakan kepada mereka lagi, “Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia [Yesus] akan diserahkan untuk disalibkan” (Matius 26: 2).

Selanjutnya, setelah mendengar Injil berulang kali, salah satu dari Murid, Yudas, memutuskan untuk mengkhianati Yesus kepada imam-imam kepala! (Matius 26:14, 15).

Sekali lagi Yesus memberitakan Injil kepada mereka (Matius 26:31, 32). Petrus dan Murid-murid lainnya tertidur di Taman Getsemani. Ketika para penjaga datang untuk menangkap Yesus, Petrus menarik pedangnya dan mencoba membunuh para penjaga itu. “Kemudian semua murid meninggalkan dia [Yesus], dan melarikan diri” (Matius 26:56).

Sekarang kita sampai poin akhirnya, menuju kelahiran baru, pertobatan dari sebelas Murid. Yudas sudah gantung diri dan tidak pernah mengalami kelahiran baru. Yesus yang telah bangkit bertemu dengan para Murid lainnya. Dia menunjukkan kepada mereka bekas luka-luka-Nya,

“Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci” (Lukas 24:45).

Awal kelahiran baru mereka terjadi di sini, ketika Yesus “membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci” mengenai Injil (Lukas 24:46).

Selanjutnya bukalah Yohanes 20:21-22. Inilah kelahiran baru para Murid. Yesus yang telah bangkit datang kepada mereka,

“Maka kata Yesus sekali lagi: Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: Terimalah Roh Kudus” (Yohanes 20:21, 22).

Mereka menerima Roh Kudus, dan akhirnya mereka dilahirkan kembali!

Para ahli tafsir Alkitab zaman dulu setuju dengan itu. Seseorang harus membaca Matthew Henry, dan khususnya John Charles Ellicott tentang Lukas 24:45. Dr. J. Vernon McGee berkata, “Saya pribadi percaya bahwa pada saat Tuhan kita menghembuskan nafas kepada mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus, ‘orang-orang ini dilahirkan kembali [lahir baru]. Sebelum ini mereka tidak didiami oleh Roh Allah... Yesus Kristus menghembuskan nafas kehidupan kekal ke dalam orang-orang ini” (J. Vernon McGee, Thru the Bible, catatan untuk Yohanes 20:22)

Dr. Thomas Hale juga membuat ini sangat jelas, “Pemberian Roh Kudus adalah peristiwa yang paling penting dalam kehidupan para murid. Karena pada saat itulah mereka dilahirkan kembali... Ini adalah ketika mereka menerima iman yang benar dan penuh. Ini adalah ketika mereka menerima kehidupan rohani”(Thomas Hale, M.D., The Applied New Testament Commentary, catatan untuk Yohanes 20:22, hal. 448)

Saya telah memberikan kepada Anda pelajaran tentang kelahiran baru Murid-murid Kristus ini karena beberapa alasan.

1.   Ini mengoreksi gagasan modern bahwa terlebih dahulu kelahiran baru, baru kemudian diikuti dengan pemuridan. Itulah teori yang dipegang oleh hampir semua gereja kita hari ini.

2.   Ini memberi kita metode pemuridan Kristus: pertama Anda harus mengajar mereka, dan kemudian Anda bekerja untuk pertobatan mereka. Ini adalah kebalikan dari apa yang dijelaskan dalam sebuah buku oleh Navigators, The Lost Art of Disciple Making. Buku ini salah menurut saya. Yesus mengajarkan mereka untuk menjadi murid sebelum mereka dilahirkan kembali.


Kristus memerintahkan kita untuk “menjadikan murid-murid” dalam Amanat Agung (Matius 28:19, 20 NASB).

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19, 20).

Pendeta saya yang terpelajar, Dr. Timothy Lin berkata,

“Satu-satunya kata kerja ‘menjadikan murid’ berada dalam mode imperatif... Dengan kata lain ‘pergi’ bukanlah perintah [di sini], tetapi ‘menjadikan murid’ adalah perintahnya. Ini adalah tema utama dari Amanat Agung”
(The Secret of Church Growth, hal. 57).

Kristus memerintahkan kita untuk “mengajar semua bangsa” - diterjemahkan secara lebih harfiah sebagai “memuridkan” - W. A. Criswell. Kenyataannya Alkitab New American Standard menerjemahkannya seperti itu, “memuridkan.”

Ini telah dilakukan selama tiga ratus tahun pertama di kelas, di mana pemuridan diajarkan kepada orang-orang baru sebelum mereka dibaptis. Dr. Philip Schaff, sejarawan Kristen, berkata, “[Panjangnya] pelajaran itu ditetapkan kadang-kadang selama dua tahun, kadang-kadang tiga tahun.” Hippolytus adalah Uskup Roma dari tahun 217 M hingga 235 M. Hippolytus berkata, “Biarkan [mereka] menghabiskan tiga tahun sebagai pendengar Firman” (The Apostolic Tradition of Hippolytus, part II).

Masa pemuridan ini datang sebelum baptisan. Setidaknya ada dua contoh dari katekumen pengajaran Rasul Paulus dalam Kitab Kisah Para Rasul. Barnabas membawa Paulus ke Antiokhia

“Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang” (Kisah Rasul 11:26).

Paulus melakukan hal yang sama di kota-kota Listra, Ikonium, dan, sekali lagi, di Antiokhia,

“menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kisah Rasul 14:22).

Dr. Schaff berkata, “Gereja berada di tengah-tengah dunia penyembah berhala... gereja melihat perlunya mempersiapkan [orang-orang] untuk pembaptisan oleh para guru khusus... [kelas] adalah... jembatan dari dunia menuju gereja... untuk memimpin pemula menuju kedewasaan. [Para pembelajar] tidak dianggap sebagai orang yang tidak percaya, tetapi sebagai setengah Kristen [belum menjadi murid]” (History of the Christian Church, volume 2, hal. 256). Dr. Schaff mengatakan metode ini “masih dilakukan” di tempat-tempat di mana para misionaris bekerja (ibid., hal. 255).

Kami akan mengubah kebaktian pagi kami menjadi kelas pemuridan. Saya percaya kegagalan gereja-gereja kita untuk menjaga anak-anak kita sendiri, dan kegagalan kita untuk meminta orang-orang muda dari dunia, dapat ditelusuri kepada fakta bahwa gereja-gereja tidak menyadari bahwa kaum muda saat ini adalah para penyembah berhala, para penyembah berhala yang harus dimuridkan sebelum mereka akan mengalami kelahiran baru, dan menjalani kehidupan Kristen. Gereja Baptis Selatan kehilangan 200.000 anggota setiap tahunnya dan mereka itu hanyalah “setengah Kristen” - tidak pernah dimuridkan! John S. Dickerson mengatakan bahwa populasi kaum evangelikal muda Kristen akan turun “dari sekitar 7 persen orang Amerika sekarang menjadi sekitar 4 persen atau kurang - kecuali para murid baru dihasilkan” (The Great Evangelical Recession, hal. 314).

Itu adalah tujuan kami! Tujuan kami adalah membantu kaum muda mencapai potensi tertinggi mereka di dalam Kristus. Kami di sini untuk membantu orang-orang muda datang ke gereja kami, menjadi murid Yesus, dilahirkan kembali, dan bekerja untuk membawa orang lain ke gereja kami untuk belajar dari Yesus, percaya kepada-Nya, dan dilahirkan kembali!

Kaum muda, yang adalah orang-orang pilihan, akan siap untuk sesuatu yang sulit dan menantang. Mereka yang tidak tertarik dengan tantangan Kekristenan sejati akan menyingkirkan dirinya sendiri. Kami berharap mereka tidak akan melakukan itu, tetapi kami tahu melalui pengalaman bahwa mereka akan melakukannya! Berharap hati Anda tidak terganggu ketika mereka pergi. Ingat bahwa Yesus berkata, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Hanya murid-murid sejati yang dilahirkan kembali yang akan tinggal!

Mari kita maju bersama dan membuktikan kepada dunia bahwa Tuhan kita masih hidup dan berkuasa. Kami membuat kesalahan di masa lalu. Tetapi kami mendapat keuntungan dari kesalahan dan pengalaman kami. Kami mengubah kegagalan kami menjadi kesuksesan. Kita akan melihat lebih banyak dan sukses yang lebih besar sewaktu kita mengambil langkah berikutnya untuk menciptakan gereja dari para murid yang kuat di tengah-tengah kelemahan dari kemurtadan hari ini. Ingat, kita tidak akan pernah berhenti, tidak pernah mundur, dan tidak pernah menyerah. Kita tidak akan pernah berhenti sampai gereja kita yang baik menjadi gereja yang hebat - yang menantang kaum muda dan menciptakan di dalamnya pasukan tentara yang kuat yang dilahirkan kembali! Mari kita berdiri dan menyanyikan lagu nomor enam pada lembar lagu Anda, “Tentara Salib Akukah?” oleh Dr. Isaac Watts (1674-1748)

Tentara salib akukah, Pengikut Almasih,
Yang takut mengakuiNya, Dan malu bersaksi?

Layakkah ku mewarisi NikmatNya di surga,
Sedang yang lain rela memb'ri Seg'nap jiwa raga?

Bukankah ada musuhku Yang aku hadapi?
Apakah dunia yang rusuh, Jembatan ilahi?

Tentu ku harus berjuang; O tambah imanku!
Ku tahan t'rus dalam perang, Di tolong FirmanMu.
   (“Am I a Soldier of the Cross?” oleh Dr. Isaac Watts, 1674-1748).


Jika khotbah ini memberkati Anda Dr. Hymers akan senang mendengar dari Anda. KETIKA ANDA MENULIS KEPADA DR. HYMERS ANDA HARUS MEMBERITAHU BELIAU DARI NEGARA MANA ANDA MENULIS ATAU IA TIDAK DAPAT MENJAWAB EMAIL ANDA. Jika khotbah ini memberkati Anda silahkan mengirim email kepada Dr. Hymers dan ceritakan kepadanya, tetapi selalu jelaskan pada beliau dari negara mana Anda mengirimnya. E-mail Dr. Hymers ada di rlhymersjr@sbcglobal.net (klik di sini). Anda dapat menulis email kepada Dr. Hymers dalam bahasa apapun, namun tulislah dalam bahasa Inggris jika Anda dapat. Jika anda ingin menulis surat kepada Dr. Hymers melalui pos, alamat beliau adalah P.O. Box 15308, Los Angeles, CA 90015. Anda boleh menelepon beliau di (818)352-0452.

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah Dr Hymers setiap minggu di Internet
www.sermonsfortheworld.com.
Klik pada “Khotbah Indonesia.”

Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Anda dapat menggunakannya tanpa
meminta izin kepada Dr. Hymers. Namun, semua video khotbah Dr. Hymers dilindungi
hak cipta dan hanya dapat digunakan dengan izin.

Persembahan Pujian Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
                  “Am I a Soldier of the Cross?” (oleh Dr. Isaac Watts, 1674-1748).