Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




TANGISILAH DIRIMU SENDIRI

WEEP FOR YOURSELF!
(Indonesian)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Minggu Malam, 24 Maret 2018
A sermon preached at the Baptist Tabernacle of Los Angeles
Saturday Evening, March 24, 2018

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri!” (Lukas 23:28).


Bayangkan pemandangan dalam pikiran Anda. Yesus telah dicambuk dengan kejam. Kemudian gubernur Roma, Pilatus, mengirim Yesus pergi dengan sekelompok tentara - di jalan, menuju tempat penyaliban. Lihatlah Yesus yang kelelahan dan setengah mati karena pemukulan yang telah diterimanya, takut kalau Dia sampai mati di jalan sebelum mereka menyalibkan-Nya, para prajurit itu kemudian memanggil seseorang dari kerumunan orang banyak, dan memaksanya untuk membantu Yesus memikul Salib itu.

Sekumpulan besar orang mengikuti Yesus. Itu terdiri dari orang-orang yang telah berseru “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” beberapa saat sebelumnya. Sejumlah orang lain kini telah bergabung dengan mereka. Di tengah-tengah kerumunan ini ada Yesus, yang pakaian-Nya telah basah kuyup dan tertutup Darah akibat cambukan yang diterima-Nya, Darah mengalir di wajah-Nya dari mahkota duri di kepala-Nya. “Begitu buruk rupanya” (Yesaya 52:14) “bahwa Ia hampir tidak dapat dikenali lagi” (Ryrie Study Bible, catatan untuk Yesaya 52:14). Dan sekarang Yesus sedang dibawa menuju kematian yang memalukan melalui penyaliban.

Di antara orang banyak yang mengikuti-Nya adalah wajah-wajah penuh kebencian dari para imam dan orang-orang Farisi yang ingin melihat-Nya mati. Ada juga tentara Romawi yang brutal, yang dikeraskan oleh begitu banyak eksekusi serupa sehingga mereka tidak bersimpati kepada-Nya. Dan ada gerombolan orang-orang yang telah disuap oleh para imam untuk berseru demi penyaliban-Nya. Namun dalam kerumunan biadab ini ada beberapa wanita. Mereka merangsek maju menerobos kerumunan itu, dan sampai tepat di belakang Yesus. Mereka mulai menangis dengan keras dan meratapi Dia, seolah-olah mereka menghadiri pemakaman seorang teman atau kerabat.

Kerumunan orang banyak itu tidak memperhatikan wanita-wanita ini. Tetapi wajah mereka yang sedih dan penuh air mata menangkap perhatian Yesus. Dia berhenti, dan berbalik ke arah mereka, Dia berkata,

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

Ayat itu secara alami membagi dirinya sendiri menjadi dua poin.

I. Pertama, “janganlah kamu menangisi Aku.”

Beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa wanita-wanita ini adalah pelayat profesional. Tetapi saya ragu kalau apa yang mereka tafsirkan benar. Jika mereka telah dibayar untuk “berkabung” bagi-Nya, Yesus tentu akan mengetahuinya, “karena Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” (Yohanes 2:25). Namun, alih-alih menyebut mereka orang munafik, Yesus berkata, “Janganlah kamu menangisi Aku.” Karena Yesus tahu hati kita, Dia tahu bahwa mereka benar-benar menangis untuk Dia.

Para ahli tafsir lain mengatakan bahwa “ratapan mereka adalah salah satu rasa kasihan yang berlebihan bagi Yesus… sentimentalitas seperti itu sepenuhnya tidak berguna.” Bagi saya sepertinya tafsiran ini tidak masuk akal! Mengapa, tentu saja para wanita ini menangis ketika mereka melihat Yesus dalam penderitaan seperti itu! Saya akan malu untuk menyebut air mata para wanita baik ini, “kasihan berlebihan” atau “sentimentalitas.” Tampaknya lebih aneh bagi saya bahwa hanya mereka yang menangis. Banyak orang di kerumunan itu pernah disembuhkan oleh Juruselamat. Yang lainnya telah diberi makan oleh-Nya - dan mereka semua tahu bahwa Dia tidak bersalah. Jika Anda melihat seseorang memperlakukan orang yang baik seperti cara mereka memperlakukan Dia, saya harap Anda akan merasakan air mata Anda tidak lagi dapat dibendung!

Emosi ini disebut “pathos” - yang membangkitkan perasaan kasihan, kesedihan, simpati dan belas kasihan. Para wanita ini memiliki kesedihan dan belas kasihan yang nyata bagi Yesus dalam penderitaan-Nya, ketika mereka “menangisi [Dia] dan meratapi Dia” (Lukas 23:27). Imam-imam kepala tidak merasa kasihan kepada Yesus dalam penderitaan-Nya. Mereka bahkan mengejek Dia setelah Dia dipakukan di kayu Salib (Matius 27:41). Para prajurit Romawi tidak menunjukkan simpati kepada Yesus ketika mereka memukul kepala-Nya dan meludahi wajah-Nya. Mereka keras hati, tidak berperasaan dan kejam.

Tetapi para wanita ini menangis dan meratapi Yesus ketika Dia menuju ke Salib. Saya pikir mereka harus dipuji karena perasaan kasihan seperti itu. Dan itu adalah hal yang baik ketika orang-orang merasakan duka bagi Yesus di saat-saat penderitaan-Nya dan dihina. Sebagaimana Frederick Faber menuliskannya,

Oh, datang dan berkabunglah denganku sebentar.
Oh, datanglah ke sisi Juruselamat;
Oh, mari kita bersama-sama, mari kita berkabung:
Yesus, Tuhan kita, disalibkan.

Apakah kita tidak memiliki air mata untuk dicurahkan bagi-Nya,
Sementara tentara mengejek dan [para imam] mencemooh,
Ah! Lihatlah betapa sabar Dia menggantung;
Yesus, Tuhan kita, disalibkan.
   (“They Crucified Him” oleh Frederick W. Faber, 1814-1863;
      untuk lagu “‘Tis Midnight, and on Olive’s Brow”).

Namun Yesus berpaling kepada para wanita yang menangis ini dan berkata, “Janganlah kamu menangisi Aku” (Lukas 23:28). Mengapa Dia mengatakan itu? Tangisan mereka adalah emosi yang normal. Itu jauh lebih baik daripada kekejaman dari kerumunan orang banyak itu, dan ejekan para tentara dan para imam. Itu menunjukkan kelembutan hati. Dan meskipun kelembutan seperti itu hanyalah emosi alami, sering diikuti oleh keinsafan sejati akan dosa. Saya ingat dengan baik air mata mengalir di mata saya sendiri ketika saya masih kecil, ketika saya memikirkan penderitaan Yesus. Tetapi baru beberapa tahun kemudian saya merasa sedih atas dosa saya dan datang kepada-Nya dalam pertobatan sejati.

Suatu Minggu saya berkhotbah tentang mahkota duri Yesus. Setelah khotbah itu, seorang pemuda berkata kepada saya, “Saya merasa sedih atas kematian Yesus.” Saya memberi tahu dia bahwa tidak ada yang salah dengan merasa sedih atas penderitaan-Nya. Tetapi saya juga mengatakan kepadanya bahwa kesedihan semacam ini tidak menghasilkan pertobatan sejati. Perasaan yang jauh lebih dalam, keinsafan akan dosa, harus dirasakan sebelum seseorang benar-benar dilahirkan kembali. Dan itu membawa kita ke poin kedua.

II. Kedua, “Melainkan tangisilah dirimu sendiri.”

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

Merasa sedih atas penderitaan Yesus tidak sepenting menangisi dosa-dosa Anda - yang membuatnya perlu bagi Dia untuk menderita dan mati di kayu Salib. Itulah mengapa Yesus berkata,

“… melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

Ketika Yesus memberi tahu mereka, “tangisilah dirimu sendiri,” Ia bermaksud bahwa mereka harus menangisi dosa-dosa yang telah mereka lakukan, yang membuatnya perlu bagi Dia untuk menderita dan mati untuk menyelamatkan mereka. Rasul Paulus menjelaskan bahwa ada dua jenis dukacita ketika dia berkata,

“…dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan.. tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian” (II Korintus 7:10).

Wanita-wanita yang menangis untuk Yesus hanya memiliki “dukacita yang dari dunia.” Kesedihan seperti itu hanyalah emosi yang akan segera berlalu. Itu tidak mengarah pada pertobatan. Seseorang yang hanya merasa kasihan kepada Yesus mungkin merasa bangga akan hal itu, dan berpikir, “Saya sudah hampir menjadi orang Kristen sekarang.” Tetapi mereka jauh dari menjadi orang Kristen sejati jika yang mereka rasakan adalah rasa kasihan. Semua belas kasihan tentang penderitaan Yesus tidak ada gunanya, bahkan ketika itu membuat air mata menetes. Dr. Lenski berkata, “Biarlah orang-orang berdosa menangisi diri mereka sendiri dan karena dosa-dosa mereka, biarkan mereka menangis seperti Petrus (Lukas 22:62); air mata mereka kemudian dapat mengarah pada sesuatu yang bernilai sementara” (R. C. H. Lenski, D.D., The Interpretation of St. Luke’s Gospel, Augsburg Publishing House, 1946, hal. 1128; catatan untuk Lukas 23:28).

Air mata yang menuntun pada pertobatan sejati adalah air mata kesedihan karena dosa! Pemahaman yang benar tentang dosa hanya dapat terjadi dengan melihat betapa jauh Anda dari kekudusan yang dituntut oleh hukum Allah. Hukum itu berkata,

“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5).

Sudahkah Anda melakukan itu? Dapatkah Anda dengan jujur mengatakan kepada diri Anda sendiri bahwa Anda telah mengasihi Tuhan dengan segenap hati Anda, dan segenap jiwa Anda, dan segenap kekuatan Anda? Sudahkah?

Sejujurnya, pada kenyataannya, Anda hampir tidak memikirkan Tuhan sama sekali! Akui saja! Dan ketika Anda memikirkan-Nya, Anda tidak memiliki kasih sejati kepada-Nya. Akui saja! Tuhan hampir tidak pernah ada dalam pikiran Anda ketika Anda tidak sedang berada di gereja. Akui saja! Maka, apakah Anda tidak pernah secara terus-menerus melanggar semua perintah terbesar ini? Bukankah benar bahwa Anda telah berdosa terhadap Allah di dalam hati Anda sepanjang hidup Anda? Dan, karena itu benar, akuilah itu kepada Allahn dengan kesedihan atas dosa Anda! Katekismus Singkat Westminster berkata,


Pertanyaan 11: Mungkinkah kita tidak benar-benar berduka atas dosa, karena kita tidak menangis karena itu?

Jawaban: Jika kita siap menangis untuk hal-hal lain, dan tidak dapat menangis karena dosa, kebenaran akan dukacita kita sangat dipertanyakan (The Shorter Catechism of the Westminster Confession Explained and Proved from Scripture, by Thomas Vincent, The Banner of Truth Trust, 2004 dicetak ulang ediri tahun 1674, hal. 230).

Yesus berkata,

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

Rasul Yakobus berkata,

“Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan…” (Yakobus 4:9-10).

Jika Anda tidak merasa berduka dan sedih dan hancur oleh karena dosa-dosa Anda, bagaimana Anda bisa menjadi orang Kristen sejati? Dr. Machen berkata, “Kekristenan… dimulai dengan [sebuah] patah hati; ini dimulai dengan kesadaran akan dosa” (J. Gresham Machen, Ph.D., Christianity and Liberalism, Eerdmans, 1990 reprint of the 1923 edition, hal. 65). Yesus berkata,

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

Menangislah bukan untuk Dia, karena Dia pergi ke Salib dengan sukarela, untuk membayar hukuman atas dosa-dosa Anda. Dan Dia pergi ke kayu Salib dengan sukacita, seperti yang kita baca dalam Ibrani 12:2,

“Dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibrani 12:2).

Dengan demikian Yesus berkata,

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

Jangan mengasihani Kristus, tetapi kasihanilah diri Anda sendiri. Tangisilah diri Anda sendiri, karena dosa-dosa Anda akan mendatangkan hukuman atas Anda. Tangisilah diri Anda sendiri karena Anda telah hidup dalam dosa, dan akan menanggung hukuman yang kekal untuk itu. Tangisilah diri Anda sendiri karena Anda telah berpikir begitu ringan tentang keselamatan jiwa Anda. Tangisilah diri Anda sendiri, karena Anda telah tidak peduli dengan pengorbanan Kristus untuk dosa-dosa Anda. Tangisilah diri Anda sendiri, karena Anda telah,

“…. menganggap najis darah perjanjian yang menguduskan… dan yang menghina Roh kasih karunia” (Ibrani 10:29).

Tangisilah diri Anda sendiri, seperti Charles Wesley, yang menulis,

Kedalaman belas kasihan? Mungkinkah ada
   Rahmat masih disediakan untukku?
Dapatkah Tuhanku murka-Nya menunggu -
   Aku, orang yang paling berdosa ini?
Kedalaman belas kasihan! Mungkinkah ada
   Rahmat masih disediakan untukku?

Telah lama ku tolak anugerah-Nya,
   Telah lama ku menjengkelkan di depan wajah-Nya,
Tidak mau mendengarkan panggilan-Nya,
   Mendukakan Dia dengan seribu kesalahan.
Dalamnya Belas kasihan! Akan adakah
   Belas kasihan yang masih tersedia untuk ku?
(“Depth of Mercy” oleh Charles Wesley, 1707-1788).

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

karena jika Anda tidak menangisi dosa Anda sendiri sekarang, tidak akan ada kesempatan bagi Anda untuk melakukannya setelah kematian.

Itu adalah pemandangan yang mengerikan yang saya bayangkan untuk Anda barusan - Yesus memikul salib-Nya dan para wanita menangis ketika mereka mengikuti Dia ke tempat penyaliban. Tetapi betapa mengerikannya lagi pemandangan dari beberapa dari Anda yang membawa dosa-dosa Anda sendiri ke dalam api Neraka! Dosa adalah salib di mana jiwa Anda diikatkan padanya, dan pikiran serta kebiasaan berdosa adalah paku yang menahan Anda tetap berada di sana. Jiwa Anda memikul beban dosa-dosa Anda, dan kasih meninggalkan mereka! Anda akan menuju eksekusi yang kekal, tetapi Anda tertawa dalam setiap langkah! Setiap langkah Anda yang membawa Anda lebih dekat ke api itu. Namun, sampai sekarang, Anda tidak merasa takut - tidak ada dukacita untuk dosa Anda - tidak ada penyesalan - tidak menangis! Jika itu menggambarkan Anda, saya meminta Anda dalam kata-kata Kristus,

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri” (Lukas 23:28).

Sekarang ku mau bertobat,
   Biarkan sekarang ku ratapi dosa-dosaku;
Sekarang ku sesali pemberontakanku,
   Menangis, percaya, dan dosa tidak lagi.
Dalamnya Belas kasihan! Akan adakah
   Belas kasihan yang masih tersedia untuk ku?


Jika khotbah ini memberkati Anda Dr. Hymers akan senang mendengar dari Anda. KETIKA ANDA MENULIS KEPADA DR. HYMERS ANDA HARUS MEMBERITAHU BELIAU DARI NEGARA MANA ANDA MENULIS ATAU IA TIDAK DAPAT MENJAWAB EMAIL ANDA. Jika khotbah ini memberkati Anda silahkan mengirim email kepada Dr. Hymers dan ceritakan kepadanya, tetapi selalu jelaskan pada beliau dari negara mana Anda mengirimnya. E-mail Dr. Hymers ada di rlhymersjr@sbcglobal.net (klik di sini). Anda dapat menulis email kepada Dr. Hymers dalam bahasa apapun, namun tulislah dalam bahasa Inggris jika Anda dapat. Jika anda ingin menulis surat kepada Dr. Hymers melalui pos, alamat beliau adalah P.O. Box 15308, Los Angeles, CA 90015. Anda boleh menelepon beliau di (818)352-0452.

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah Dr Hymers setiap minggu di Internet
www.sermonsfortheworld.com.
Klik pada “Khotbah Indonesia.”

Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Anda dapat menggunakannya tanpa
meminta izin kepada Dr. Hymers. Namun, semua video khotbah Dr. Hymers dilindungi
hak cipta dan hanya dapat digunakan dengan izin.

Persembahan Pujian Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“Depth of Mercy” (oleh Charles Wesley, 1707-1788).


GARIS BESAR KHOTBAH

TANGISILAH DIRIMU SENDIRI

WEEP FOR YOURSELF!

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.

“Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri!” (Lukas 23:28).

(Yesaya 52:14)

I.    Pertama, “janganlah kamu menangisi Aku”, Lukas 23:28a;
Yohanes 2:25; Lukas 23:27; Matius 27:41.

II.   Kedua, “Melainkan tangisilah dirimu sendiri”, Lukas 23:28b;
II Korintus 7:10; Lukas 22:62; Ulangan 6:5; Yakobus 4:9-10;
Ibrani 12:2; 10:29.