Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




PEMAPARAN DAN PEMBELAAN DALAM DOA – BAGIAN I

ORDER AND ARGUMENT IN PRAYER – PART I
(Indonesian)

oleh Mr. John Samuel Cagan
diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Jum’at Malam, 2 September 2016

“Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam. Maka akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan” (Ayub 23:3-4).


Khotbah ini didasarkan pada khotbah C. H. Spurgeon yang berjudul “Pemaparan dan Pembelaan di dalam Doa”. Pemikiran-pemikiran Spurgeon ini saya padatkan ke dalam bahasa Inggris yang sederhana. Selain itu, dengan bantuan Dr. Hymers dan Dr. Cagan, saya telah menambahkan beberapa pemikiran dan ayat-ayat Alkitab.

Dalam ayat yang baru saja kita baca, Ayub ingin menemukan Allah dan berdoa kepada-Nya. Dia tidak ingin berbicara dengan Allah hanya dalam cara yang biasa-biasa saja. Ada sesuatu yang lebih serius dalam niatan Ayub. Dia ingin berdoa dengan cara ini: “Kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan” (Ayub 23: 4). Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari ayat ini tentang doa yang sejati - tentang doa yang serius.

I. Pertama, doa yang serius terpapar – tersusun rapi.

Ayub berkata, “Kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya” (Ayub 23:4).

Pikirkan tentang apa yang akan Anda doakan. Pikirkan tentang apa yang Anda inginkan. Fokus pada satu hal. Itu haruslah yang penting bagi Anda. Ketika seseorang memberikan permohonan doa dari John R. Rice, ia tidak pernah setuju untuk mendoakannya. Sebaliknya ia akan memberitahu orang itu agar ia mau meminta Allah memberikan beban kepadanya berdoa untuk hal itu. Kalau tidak, dia tidak akan benar-benar menginginkan apa yang dimintanya itu dan doanya tidak akan menjadi doa yang benar. Apa yang Anda inginkan? Cari tahu mengapa Anda menginginkannya. Cobalah untuk memahami mengapa hal itu tidak terjadi. Pikirkan mengapa hal tersebut berada di luar kekuasaan Anda. Jika Anda tidak memiliki kerinduan untuk hal itu, mintalah kepada Allah untuk memberikan kerinduan itu. Doa-doa yang dipanjatkan dengan puas diri akan cenderung tidak tersusun rapi. Doa-doa yang dipanjatkan dengan puas diri akan cenderung setengah hati. Jika Anda mengharapkan sesuatu dengan setengah hati, Anda mungkin tidak akan mempersiapkan diri. Siapkan diri Anda sebelum Anda berdoa. Terutama jika Anda akan memimpin doa, entah di rumah atau di gereja, jangan bergantung pada improvisasi. Anda harus memantapkan hati untuk tugas itu. Fokus Anda harus berada pada situasi itu. Anda membutuhkan sesuatu. Anda sangat membutuhkan sesuatu. Tetapi Anda tidak bisa mendapatkannya. Itu berada di luar kekuasaan Anda. Itu berada di luar kendali Anda. Dan dengan begitu Anda akan dapat menghampiri Allah Semesta alam dalam nama Yesus. Anda akan menghampiri Allah dalam upaya untuk meyakinkan Allah. Untuk meyakinkan Allah bahwa Dia harus menyediakan menurut kebutuhan Anda. Itu adalah situasi yang serius. Yang tidak harus dilakukan tanpa pemikiran yang cermat. Pikirkan tentang apa yang Anda sedang doakan.

Susunlah doa Anda dengan rapi. Beberapa orang berpikir doa seperti mengulang-ulang permintaan. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa doa berarti mengatakan hal yang sama setiap kali mereka berdoa. Jika seseorang berdoa untuk hal yang sama setiap waktu, dia belum memikirkan doanya. Dia tidak mengambil waktu untuk merenung tentang apa yang akan dimintanya kepada Allah. Beberapa orang berpikir bahwa doa berarti mengucapkan kata-kata religius. Tetapi pemilihan kata tidak harus menggantikan pembelaan yang tulus. Jika saya ingin meminjam uang kepada Anda, saya tidak akan bergantung pada omong besar saja untuk membuat pembelaan saya menarik. Anda tidak akan yakin jika saya tiba-tiba mengubah kosa kata saya, tetapi isi dari apa yang saya katakan tidak masuk akal. Kata-kata relijius jangan sampai menggantikan pemikiran yang kohesif.

Beberapa orang memanjatkan doa dengan berteriak kepada Allah. Tetapi volume seseorang bukanlah pengganti dari pembelaan. Dengan cepat beralih dari satu permohonan ke permohonan yang lainnya. Jika permohonan doa itu penting bagi Anda, maka tidak masuk akal bila Anda akan cepat beralih ke permohonan berikutnya dan kemudian permohonan berikutnya lagi tanpa pertama sepenuhnya memohon doa Anda dijawab. Beberapa orang berdoa dalam kata-kata yang sangat umum: “Ya Tuhan, berkatilah gereja ini, selamatkan mereka yang masih terhilang, berkatilah saya dan keluarga saya.” Tetapi itu tidak memerlukan banyak pemikiran. Itu adalah bukti dari kurangnya ketulusan. Bukanlah doa yang tersusun rapi

.

Jika Anda pergi ke pengadilan untuk berbicara dengan hakim, Anda akan berpikir tentang apa yang Anda akan katakan. Anda akan mempertimbangkan dengan hati-hati apa yang Anda akan minta. Anda akan memikirkan tentang bagaimana Anda akan meyakinkan hakim untuk memberikan apa yang Anda inginkan. Saya juga berpendapat bahwa keterlibatan dan persiapan untuk suatu percakapan akan meningkatkan secara proporsional keseriusan dari permintaan tersebut. Jika Anda akan meminta sesuatu kepada atasan Anda di tempat kerja Anda, Anda akan memikirkan tentang apa yang Anda akan katakan dan bagaimana Anda akan mengatakannya. Lakukan hal yang sama dengan Allah dalam doa. Jangan menghampiri Allah dengan pikiran yang dangkal. Jangan menghampiri Allah dengan ide-ide yang tidak lengkap. Terapkanlah ini untuk diri Anda sendiri.

Pertimbangkan beberapa sisi dengan situasi. Bagaimanapun situasi akan berdampak bukan hanya pada Anda tetapi pada orang-orang di sekitar Anda. Bagaimana dampak situasi itu bagi kemuliaan Allah? Bagaimana situasi itu berdampak pada pelayanan Allah dan kemajuan kerajaan-Nya? Apa yang akan menjadi konsekuensi bila doa itu tidak dijawab? Apa yang akan terjadi jika Allah tidak mengabulkan permintaan Anda? Ada banyak sisi yang berbeda untuk setiap situasi. Sebuah peristiwa tunggal atau permohonan tidak dimulai atau diakhiri dengan hanya pada pengalaman Anda. Permohonan itu penting. Itu penting untuk Anda. Itu juga mungkin penting untuk keluarga Anda, atau gereja Anda, atau teman Anda, atau bahkan mungkin bagi Allah. Ingatlah bahwa Allah sedang mendengarkan. Allah jauh lebih tinggi dan lebih besar dari bos manusia atau hakim.

Sikap seperti apakah yang harus Anda miliki ketika berdoa? Ingat bahwa kita bukanlah apa-apa selain “debu dan abu” (Kejadian 18:27). Kita tidak punya hak dalam diri kita untuk meminta sesuatu dari Allah. Tetapi melalui Yesus Kristus Anda bisa datang “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia” (Ibrani 4:16). Dalam dan melalui Kristus Anda bisa datang langsung kepada Bapa. Jika Anda berdoa dalam nama Yesus, Dia akan mendengar Anda sama seperti Dia mendengar Anak-Nya sendiri Yesus Kristus. Jika Anda telah percaya kepada Kristus, melalui Dia Anda adalah anak-anak Allah. Itu bukan pemikiran kecil. Anda dikasihi dan diterima karena Yesus. Allah akan mendengar Anda!

Pikirkan tentang apa yang Anda akan minta. Jelaskan apa yang Anda inginkan. Yesus mengatakan kepada kita untuk berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11). Dalam mengajar murid-murid-Nya tentang doa Yesus memberikan ilustrasi, “Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti” (Lukas 11:5).

Jika Anda ingin berdoa untuk sesuatu, berdoalah untuk hal itu. Abraham berdoa, “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” (Kejadian 17:18). Spurgeon berkata, “Katakan ‘Ismail,’ jika yang Anda maksudkan adalah ‘Ismail.’”

Jika Anda berdoa untuk seseorang agar ia mau diselamatkan, berdoalah untuk orang itu dengan menyebutkan namanya. Ketika Anda memimpin dalam doa, itu sudah cukup untuk menyebutkan nama orang itu kepada Allah dalam pikiran Anda. Tetapi bahkan walaupun itu tak terucapkan, Anda masih bisa berkomunikasi dengan Allah untuk orang yang Anda doakan. Allah dapat mendengar rintihan dan apa yang terucapkan dalam hati Anda. Jika Anda memanjatkan doa permohonan, mintalah secara khusus. “Tolonglah saya untuk mendapatkan pekerjaan ini.” “Sembuhkan penyakit saya (atau penyakit orang lain).” “Tolonglah saya untuk mendapatkan nama dan nomor telepon. Buka hati dan pikiran orang yang akan saya temui malam ini sehingga mereka mau memberi saya nama dan nomor teleponnya.”

Jika Anda menaikkan doa tanpa memikirkan mereka, Anda sedang berdoa dengan “bertele-tele.” Yesus berkata, “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan” (Matius 6:7). Jika Anda menaikkan daftar doa rutin tanpa memikirkan orang yang Anda doakan, setiap kali Anda berdoa - di rumah atau di gereja - Anda berdoa dengan bertele-tele. Anda mungkin akan sama seperti seorang Katolik yang memegang rosario sambil bergumam atau seorang Buddha melafalkan doa.

Jika Anda mengatakan hal yang sama di setiap pertemuan doa gereja hanya untuk dapat berdiri dan mengatakan sesuatu, jangan berharap doa Anda akan dijawab. Pikirkan tentang apa yang Anda sedang doakan. Anda meminta kepada Allah – sebagai Pribadi - sesuatu yang spesifik. Kemudian berbicara kepada Allah dan memohon apa yang Anda inginkan.

II. Kedua, doa yang serius menggunakan pembelaan – memberikan alasan.

Ayub berkata, “Akan… kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan” (Ayub 23: 4). “Aku akan memenuhi mulutku dengan alasan-alasan mengapa Allah harus memberikan apa yang saya minta.” Argumen - penalaran – seperti apa yang harus digunakan?

Pertama, berbicara tentang sifat-sifat Allah - seperti apakah Dia. Abraham berdoa agar Allah tidak membinasakan Sodom. Dia berkata,

“Abraham datang mendekat dan berkata: "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu? Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” (Kejadian 18:23-25).

Abraham mengingatkan keadilan Allah. Ia berkata, “Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka?” Apakah itu adil? “Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Bahkan, ia terus berdoa sampai Allah setuju untuk tidak membinasakan kota itu bahkan jika ada 10 orang benar di sana. Perhatikan bahwa Abraham terus-menerus melakukan pembelaan. Abraham memiliki keberanian untuk meminta alasan terlepas dari murka itu. Abraham memiliki iman untuk meminta belas kasihan terlepas dari dosa mereka. Abraham memiliki keyakinan yang cukup dalam sifat-sifat Allah untuk mendukung pembelaaan dalam doanya. Abraham bukan tidak sopan. Abraham memiliki begitu rasa hormat yang besar kepada Allah sehingga ia dapat mengajukan banding pada kualitas karakter Allah. Jika Abraham tidak percaya Allah itu adil, ia akan lebih bijaksana untuk diam. Tetapi, Abraham tahu bahwa Allah itu adil. Oleh karena itu Abraham memberi pembelaan dan berargumen dengan Allah.

Allah masih sama hari ini. Alkitab berkata, “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah” (Maleakhi 3:6). Alkitab berkata, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Allah masih sama sekarang maupun kemarin dan selamanya. Anda dapat berdoa kepada Allah, dan Dia akan mendengarkan Anda, sama seperti kemarin Allah telah mendengar ketika orang berdoa kepada-Nya. Dalam pengadilan, pengacara akan sering menarik preseden. Preseden merupakan apa sebelumnya pernah diterima sebagai contoh untuk dipertimbangkan dalam situasi yang sama. Ketika Anda membaca Alkitab atau mendengar Alkitab dikhotbahkan, ingatlah apa yang Anda baca dan apa yang dikatakan. Pikirkan tentang bagaimana dan apa yang Allah telah lakukan di masa lalu seharusnya dapat berlaku untuk apa yang Allah bisa lakukan hari ini. Perhatikan apa yang telah dilakukan Allah dalam hidup Anda. Gunakan itu sebagai referensi untuk apa yang Allah bisa lakukan di masa depan. Ingat apa yang telah dilakukan Allah dalam kehidupan orang-orang di sekitar Anda. Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya untuk waspada dan berdoa. Hubungkan peristiwa yang tampaknya tidak berhubungan melalui jembatan dari kuasa Allah dalam doa yang terjawab. Pikirkan tentang bagaimana itu konsisten dengan karakter Allah. Ingat apa yang telah dilakukan Allah di masa lalu. Katakan bahwa itulah Allah. Berdoa kepada Allah dengan cara yang sama seperti tokoh-tokoh besar di dalam Alkitab ketika mereka berdoa.

Kedua, Anda dapat mengajukan banding ke hadirat Allah. Elia dihadapkan dengan nabi-nabi Baal. Allah tidak menjawab doa nabi-nabi palsu. Tetapi Elia berdoa kepada Allah untuk menerima korban yang dipersembahkannya. Elia berkata,

“Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN” (I Raja-raja 18:36-37).

Elia berdoa, “Tunjukkan kepada kami bahwa Engkau adalah Allah yang benar.” Dan Allah menjawab Elia. Allah mengirimkan api dari langit dan membakar korban Elia.

Bertahun-tahun kemudian, setelah Elia diangkat ke surga, muridnya Elisa berdoa, “Di manakah TUHAN, Allah Elia?” (II Raja-raja 2:14). “Di manakah Engkau, ya Allah?” Allah menunjukkan diri-Nya dan Ia membelah air sungai Yordan untuk Elisa. Allah menunjukkan bahwa Dia adalah nyata.

Ketiga, berbicaralah tentang janji-janji Allah - karena Dia akan setia kepada Firman-Nya. Dalam II Samuel, pasal 7, Allah menjanjikan Daud melalui nabi Nathan bahwa Daud akan memiliki seorang putra, yang akan membangun Bait Allah, dan dia yang akan duduk di singgasananya di Yerusalem, dan bahwa orang-orang Israel akan bertahan selamanya. Daud berkata kepada Allah,

“Engkau telah mengokohkan bagi-Mu umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka. Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hamba-Mu Daud akan tetap kokoh di hadapan-Mu. Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hamba-Mu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hamba-Mu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepada-Mu. Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu. Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya” (II Samuel 7:24-29).

Daud berdoa kepada Allah untuk menepati janji-Nya dan menggenapi semua janji itu. Alkitab berkata, “Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong” (Roma 3:4). Dalam bahasa masa kini kita bisa mengatakan, “Bahkan jika setiap orang adalah pembohong, Allah adalah benar.” Alkitab berkata “TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya” (Ulangan 7:9). Allah memegang teguh janji-janji-Nya. Anda dapat membawa janji-janji Allah itu kepada-Nya dalam doa. Saya akan melanjutkan topik ini dalam khotbah berikutnya.

Pemaparan dan pembelaan dalam doa memerlukan pemikiran yang cermat dan persiapan. Persiapkan diri dengan memohonkan apa yang Anda inginkan dari Allah. Pikirkan baik-baik untuk memastikan bahwa Anda harus bergantung pada Allah untuk permohonan itu. Setelah yakin bahwa Anda membutuhkan Allah untuk menyediakan apa yang Anda butuhkan, arahkan pikiran Anda mengapa permohonan itu harus dipenuhi. Mengapa permohonan itu penting? Mengapa itu penting sehingga permohonan Anda dipanjatkan pada saat ini? Ijinkan pemikiran itu membangun urgensi dan beban dalam diri Anda. Keinginan untuk dijawabnya permohonan Anda sangat penting untuk membangun sebuah pembelaan. Sebuah pembelaan yang kuat tidak mungkin merupakan hasil dari setengah hati. Naikan permohonan doa dari berbagai perspektif. Hindari doa yang bergantung pada volume atau pengulangan yang tidak perlu. Jangan ulangi doa-doa Anda tanpa dipikirkan. Hindari doa yang terlalu umum. Buatlah doa Anda spesifik. Bangunlah doa-doa Anda dengan mengacu pada apa yang telah dilakukan Allah dalam Alkitab. Bangunlah doa-doa Anda dengan mengacu pada apa yang Allah telah lakukan dalam hidup Anda. Meneriakkan kata-kata yang sama lagi dan lagi tidak meningkatkan kemungkinan bahwa Allah akan merespon. Namun, sebaliknya berikan alasan kepada Allah dalam doa teratur dan berikan alasan doa itu. Berikan alasan kepada Allah. Ingatkanlah sifat-sifat Allah. Ingatkanlah jati diri Allah. Ingatkanlah janji-janji Allah. Allah akan menghormati janji-janji-Nya. Allah akan mendengar pembelaan Anda yang Anda naikan dalam doa yang tulus dan teratur.

“Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam. Maka akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan”
       (Ayub 23:3-4).


KETIKA ANDA MENULIS KEPADA DR. HYMERS ANDA HARUS MEMBERITAHU BELIAU DARI NEGARA MANA ANDA MENULIS ATAU IA TIDAK DAPAT MENJAWAB EMAIL ANDA. Jika khotbah ini memberkati Anda silahkan mengirim email kepada Dr. Hymers dan ceritakan kepadanya, tetapi selalu jelaskan pada beliau dari negara mana Anda mengirimnya. Surel Dr. Hymers ada di rlhymersjr@sbcglobal.net (klik di sini). Anda dapat menulis surel kepada Dr. Hymers dalam bahasa apapun, namun tulislah dalam bahasa Inggris jika Anda dapat. Jika anda ingin menulis surat kepada Dr. Hymers melalui pos, alamat beliau adalah P.O. Box 15308, Los Angeles, CA 90015. Anda boleh menelepon beliau di (818)352-0452.

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah Dr Hymers setiap minggu di Internet
www.sermonsfortheworld.com.
Klik pada “Khotbah Indonesia.”

Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Anda dapat menggunakannya tanpa
meminta izin kepada Dr. Hymers. Namun, semua video khotbah Dr. Hymers dilindungi
hak cipta dan hanya dapat digunakan dengan izin.

GARIS BESAR KHOTBAH

PEMAPARAN DAN PEMBELAAN DALAM DOA – BAGIAN I

ORDER AND ARGUMENT IN PRAYER – PART I

oleh Mr. John Samuel Cagan

“Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam. Maka akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan” (Ayub 23:3-4).

I. Pertama, doa yang serius terpapar – tersusun rapi, Kejadian 18:27;
Ibrani 4:16; Matius 6:11; Lukas 11:5; Kejadian 17:18; Matius 6:7.

II.  Kedua, doa yang serius menggunakan pembelaan – memberikan alasan,
Kejadian 18:23-25; Malekahi 3:6; Ibrani 13:8; I Raja-Raja 18:36-37;
II Raja-Raja 2:14; II Samuel 7:24-29; Roma 3:4; Ulangan 7:9.