Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




KEHINAAN SANG JURUSELAMAT

THE SAVIOUR’S SHAME
(Indonesian)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Minggu Malam, 20 Maret 2014

“Yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibrani 12:2).


Khotbah ini diadaptasi dari hanya satu poin dari tiga poin khotbah Spurgeon, “Rajanya Para Pengkhotbah.” Kiranya khotbah ini memberkati Anda!

Saya selalu bertanya-tanya mengapa kebanyakan pengkhotbah modern tidak berbicara tentang penderitaan Kristus pada hari Minggu menjelang Paskah. Mereka terus melanjutkan seri eksposisi mereka dan berbicara tentang motivasi sampai pada Minggu Paskah. Kemudian, tiba-tiba, entah dari mana, mereka berbicara tentang Yesus yang bangkit dari kubur!

Dr. Michael Horton menunjukkan bahwa banyak pendeta injili bahkan tidak berkhotbah tentang kebangkitan Yesus pada minggu Paskah! Dia menceritakan tentang seorang teolog liberal yang sedang mengunjungi sebuah gereja injili besar. Dia pikir dia akan mendengar Injil. Sebaliknya ia mendengar sebuah khotbah tentang “bagaimana Yesus memberi kita kekuatan untuk mengatasi tantangan-tantangan kita.” Lalu Dr. Horton menceritakan tentang seorang teolog Metodis liberal yang pergi ke gereja lainnya yang katanya “percaya Alkitab” dimana “khotbah telah menjadi sesuatu tentang bagaimana Yesus mengatasi kemunduran-Nya dan demikian juga halnya dengan kita.” Lalu profesor Methodist itu mengatakan bahwa pengalaman itu menegaskan pemikirannya bahwa orang-orang yang katanya percaya Alkitab sama seperti kaum liberal untuk berbicara tentang “psikologi populer, politik, atau moralisme daripada berbicara tentang Injil” (Michael Horton, Ph.D., Christless Christianity: The Alternative Gospel of the American Church, Baker Books, 2008, hlm. 29, 30).

Hari ini ada sangat sedikit khotbah tentang penderitaan dan kematian Kristus. Alasan utamanya adalah para pengkhotbah berpikir bahwa semua orang yang datang ke gereja mereka adalah orang yang sudah Kristen - dan karena itu tidak perlu mendengar tentang penderitaan Kristus lagi. Itu adalah kesalahan yang sama dengan gereja-gereja Jerman yang telah jatuh pada permulaan abad kesembilan belas. Lewis O. Brastow mengatakan bahwa pemberitaan firman di Jerman pada periode itu terus menuju kepada pemikiran yang salah dengan berpikir bahwa setiap orang yang menghadiri gereja mereka telah diselamatkan. Dr. Brastow berkata, “Anggota jemaat yang telah dibaptis diasumsikan sebagai jemaat yang telah menjadi Kristen dan harus dianggap seperti itu... Ini mungkin sebagian yang menjelaskan ketidakefektifan relatif khotbah gereja Jerman” (Representative Modern Preachers, Macmillan, 1904, hlm. 11). Kebanyakan pengkhotbah Baptis hari ini berasumsi bahwa anggota jemaat mereka sudah Kristen, sehingga tidak perlu lagi berkhotbah tentang penderitaan dan kematian Kristus. Saya yakin ini adalah hasil dari gaya berkhotbah ayat per ayat yang sangat lemah di gereja-gereja kita.

Saya juga berpikir bahwa orang yang telah diselamatkan juga masih perlu mendengar khotbah tentang penderitaan Kristus. Rasul Petrus berkata,

“Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (I Petrus 2:21).

Banyak orang di gereja-gereja kita tidak bersedia untuk menjalani penderitaan setiap hari. Mereka bahkan tidak mau datang ke kebaktian Minggu malam atau pertemuan doa pertengahan minggu. Salah satu alasan harus menjadi kenyataan bahwa mereka belum diingatkan tentang penderitaan Kristus - yang Rasul Petrus katakan itu sebagai “teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” Seseorang mengeluh kepada saya bahwa ia harus mengendari mobil empat puluh menit setiap mau datang ke gereja. Saya mengatakan kepadanya bahwa ini akan baik untuknya. Karena, Kristus “telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” Kita hanya bisa menjadi murid yang kuat dengan melewati penderitaan bagi Kristus, seperti yang dikatakan dalam Roma 5:3-5. Hal ini membawa kita kembali ke ayat kita, yang mengatakan kepada kita tentang penderitaan dan kehinaan yang Kristus alami untuk menyelamatkan kita.

“Yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibrani 12:2).

Saya mengangkat kata-kata “dengan mengabaikan kehinaan” malam ini. Kata Yunani yang diterjemahkan “merendahkan” berarti “tidak menganggap” atau “tidak menghargai.” Ellicott memberitahu kita, “Arti harfiah dari kata ini adalah sangat dipaksa, tekun memikul, kehinaan karena kematian seperti itu sebagai ganti sukacita yang disediakan bagi Dia” (Charles John Ellicott, editor, Ellicott’s Commentary on the Whole Bible, vol. VIII, Zondervan Publishing House, n.d., hlm. 336; catatan atas Ibrani 12:2).

Inilah tujuan saya malam ini untuk menunjukkan kepada Anda bahwa Yesus menderita dalam kehinaan. Betapa itu adalah hal yang mengerikan di mana Yesus harus mengalami begitu banyak kehinaan pada hari itu ketika Dia menderita untuk menyelamatkan kita! Joseph Hart memahami hal ini. Dia mengatakan,

Lihat betapa tenangnya Yesus berdiri,
   Terhina di tempat yang sangat mengerikan ini!
Orang-orang berdosa telah membelenggu tangan Yang Mahakuasa
   Dan meludahi wajah Pencipta mereka
(“His Passion” oleh Joseph Hart, 1712-1768; altered by the Pastor).

Demi kebaikan kita, dan demi keselamatan kita, Yesus mengalami kehinaan dalam empat cara.

I. Pertama, pikirkan tentang tuduhan memalukan melawan Yesus.

Dia tidak mengenal dosa. Dia tidak melakukan kesalahan. Bahkan Pilatus, gubernur Romawi yang menyalibkan-Nya, berkata demikian. Kata Pilatus kepada para penuduh-Nya, “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.” (Lukas 23:4). “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya” (Yohanes 18:38). Namun Yesus didakwa dengan melakukan dosa yang paling buruk. Ia dihukum oleh Sanhedrin karena dosa penghujatan. Bisakah Dia menghujat Allah? Dia yang berseru kepada Allah ketika Dia berpeluhkan berdarah, “Ya Bapa-Ku… bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42). Tidak, Yesus tidak pernah menghujat Bapa-Nya, Allah. Karena itu adalah karakter-Nya sehingga Dia merasakan sengatan yang sangat memalukan karena tuduhan ini.

Selanjutnya mereka menuduh-Nya melakukan pengkhianatan. Mereka mengatakan bahwa Dia adalah seorang pengkhianat, yang menentang kaisar Romawi. Mereka mengatakan bahwa Dia memprovokasi rakyat dengan mengatakan kepada mereka bahwa Dia adalah seorang raja. Tentu saja ia benar-benar tidak bersalah. Ketika orang-orang mencoba untuk mendesak Dia menjadi raja mereka, Ia meninggalkan mereka dan pergi ke padang gurun untuk berdoa. Dia mengatakan kepada Pilatus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yohanes 18:36). Dia tidak akan pernah memimpin pemberontakan melawan pemerintah. Namun mereka menuduh-Nya demikian.

II. Kedua, pikirkan tentang ejekan memalukan yang Yesus tanggung.

Dia juga mengalami pengejekan yang memalukan. Dia ditelanjangi oleh para tentara. Tubuhnya ditelanjangi dua kali. Meskipun para seniman melukis-Nya dengan cawat di kayu Salib, sesungguhnya Dia disalibkan dalam keadaan ditelanjangi bulat. Dia tidak memiliki apa-apa untuk menyembunyikan tubuh telanjang-Nya dari tatapan mata dan ejekan mulut kerumunan orang fasik itu. Mereka mengundi jubah-Nya saat Dia tidak mempunyai apa-apa untuk menutupi rasa malu ketelanjangan-Nya di kayu Salib.

Mereka juga mengejek sifat-Nya sebagai Anak Allah. Mereka berkata, “Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu” (Matius 27:40). Mereka berteriak kepada-Nya,

“Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah. Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga” (Matius 27:43-44).

Ia tidak berkata apapun ketika mereka mengejek Dia yang begitu memalukan – karena Ia “dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib” (Ibrani 12:2).

Lagi, mereka mengolok-olok Dia dan menertawakan-Nya untuk mempermalukan Dia sebagai raja Israel. Dia telah menjadi raja mereka, tetapi mereka membenci-Nya, menertawakan-Nya, dan mempermalukan Dia. Dia adalah Raja segala raja dan Tuhan segala Tuhan. Dia bisa saja memanggil ribuan malaikat turun untuk membalas dan menghancurkan mereka semua. Dia bisa berkata dan tanah di bawah kaki mereka akan terbuka, dan mereka akan ditelan “hidup-hidup ke dunia orang mati” bersama dengan Korah, yang berbicara menentang Musa, karena mereka berbicara menentang Kristus (Bilangan 16:33). Dia bisa menurunkan api dari langit dan membakar mereka hidup-hidup, seperti yang pernah Elia lakukan atas tentara Raja Ahab (II Raja-raja 1:9-10). “Namun, Ia tidak membuka mulut-Nya” sebagai pembelaan diri-Nya (Yesaya 53:7).

Mereka bahkan mengolok-olok Dia untuk mempermalukan Dia sebagai seorang nabi. Mereka menutup mata-Nya. Kemudian mereka memukul wajah-Nya dengan kepalan tangan mereka, dan berkata, “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” (Matthew 26:68). Kita mengasihi para nabi. Yesaya menggetarkan hati kita dengan nubuat yang jelas tentang Kristus, dan penglihatan mendalamnya tentang keselamatan jiwa kita. Betapa kita harus merasa sedih memikirkan Yesus sang nabi itu, ditutup matanya dan dipukuli, diejek dan dihina di istana Imam Besar!

Tetapi Dia juga menderita ejekan sebagai Imam Besar kita. Yesus datang ke dunia untuk menjadi imam dan untuk mempersembahkan korban. Tetapi mereka mengejek keimamatan-Nya juga. Semua keselamatan itu ada di tangan para imam. Kemudian mereka berkata kepada-Nya, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Dia adalah Imam Besar. Dia adalah Anak Domba Paskah. Dia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Betapa mengerikannya ketika Dia harus menderita ejekan dari mereka yang tidak memiliki hati! Namun Dia disalibkan, “dengan mengabaikan kehinaan” (Ibrani 12:2).

III. Ketiga, pikirkan tentang cambukan dan penyaliban yang Ia derita.

Dia diejek bahkan lebih lagi dengan dicambuk. Banyak bapa gereja mula-mula memberikan gambaran mengerikan tentang pencambukan yang diterima Kristus. Entah apa yang mereka katakan ini didasarkan pada kenyataan kita tidak bisa menjelaskan. Tetapi pencambukan yang diterima-Nya pastilah mengerikan, karena nabi berkata,

“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5).

Ini tentu cambukan mengerikan pada punggung-Nya - karena Nabi menyebutnya “luka,” “remuk,” “siksaan,” “bilur-bilur.” Setiap kali cambuk dicambukkan dengan kuat, cambuk itu mengoyak punggung-Nya, sementara para penyiksa-Nya tertawa seperti iblis-iblis neraka. Setiap kali Darah-Nya muncrat dari luka segar, dan daging terkoyak dari tulang rusuk, ada cemooh memalukan dan ejekan dan tertawa untuk membuat rasa sakit-Nya lebih mengerikan. Namun demi kebaikan kita, dan demi keselamatan kita, Dia telah membiarkan diri dipermalukan!

Kemudian Dia datang ke kayu Salib. Mereka memakukan-Nya untuk itu. Dalam kesetanan mereka, mereka terus mengejek dan menertawakan penderitaan-Nya! Para imam dan ahli Taurat duduk dan menyaksikan Dia menggeliat di kayu Salib. Saya bisa membayangkan mereka berkata, “Dia tidak akan pernah lagi dikerumuni oleh orang banyak!” “Ha, ha, ha, tangan yang menyentuh penderita kusta itu dan menyembuhkan mereka, dan yang membangkitkan orang mati, tidak akan pernah melakukannya lagi!” Mereka mengejek Dia. Dan akhirnya, ketika Ia berkata, “Aku haus,” mereka memberi Dia cuka asam untuk diminum - bahkan mereka mengejek mulut kering dan lidah bengkak-Nya!

Lihat betapa tenangnya Yesus berdiri,
Terhina di tempat yang sangat mengerikan ini!
Orang-orang berdosa telah membelenggu tangan Yang Mahakuasa
Dan meludahi wajah Pencipta mereka

Dengan duri menusuk dan melukai kepala-Nya
Mengalir darah dari setiap luka itu;
Punggung-Nya yang penuh dengan luka cambukan,
Namun cambuk yang lebih tajam menusuk jantung-Nya.

Salib! Salib! Ketika kita mendengar kata-kata ini hari ini, itu tidak memberikan kita pikiran memalukan. Tetapi di zaman Kristus salib tampak sebagai yang paling mengerikan dan menakutkan dari semua hukuman. Metode penyaliban yang mengerikan ini hanya diperuntukkan bagi para penjahat yang paling jahat, hanya diperuntukkan bagi - budak yang telah membunuh tuannya, pengkhianat, penjahat besar. Salib membuat kematian mengerikan dan sangat menyakitkan. Penyaliban adalah untuk penjahat - seorang pembunuh, penjahat, seorang pemberontak. Itu adalah cara yang sangat panjang, dan sangat menyakitkan untuk mati. Dari semua instrumen penyiksaan di dunia penyembah berhala, di dunia Romawi, tidak ada yang lebih kejam dari penyaliban. Kita tidak dapat memahami betapa memalukannya dengan mati di kayu salib. Tetapi orang-orang Yahudi tahu itu dan orang-orang Romawi tahu itu. Dan Kristus tahu betapa itu adalah hal yang sangat memalukan dengan ditelanjangi dan dipakukan di kayu salib. Dan penyaliban Yesus bahkan lebih buruk daripada yang lain. Dia harus memikul salib-Nya sendiri sepanjang jalan menuju penyaliban. Dia disalibkan di antara dua penjahat, yang berarti bahwa Ia adalah sama seperti penjahat pada umumnya. Hal ini membuat kematian-Nya bahkan lebih memalukan. Tetapi dia dipermalukan dan disalib - untuk keselamatan kita, dan sebagai teladan bagi kita!

IV. Keempat, marilah kita melihat lebih dekat kepada salib Yesus, dan melihat hal yang lebih hina lagi.

Salib! Salib! Kesedihan memenuhi hati kita pada saat memikirkan hal itu! Kayu kasar dibentangkan di tanah. Kristus dilemparkan di atas-Nya. Empat tentara menarik tangan dan kaki-Nya dan memukul paku menembus tangan dan kaki-Nya. Dia mulai berdarah. Kemudian Dia yang telah dipaku diangkat ke udara. Pangkal salib melesak ke dalam lubang yang telah mereka gali untuk itu. Lengan-Nya terkilir. Setiap tulang ditarik bersama dengan melesaknya pangkal salib ke lobang itu. Dia tergantung di sana dalam keadaan ditelanjangi dan memalukan, dipandang oleh kerumunan besar orang yang berkumpul di sana. Terbakar oleh panasnya sinar matahari yang menyengat daging-Nya yang telah kerkoyak-koyak. Demam mulai membakar di dalam tubuh-Nya. Lidahnya mengering dan menempel pada langit-langit mulut-Nya. Rasa sakit ini begitu menyiksa bahkan hampir tak tertahankan.

Lebih buruk dari semua itu, Dia telah kehilangan hal yang memberi kekuatan seperti yang diberikan kepada para martir. Dia telah kehilangan kehadiran Allah. Sekarang Bapa membuat Dia menjadi pendamaian bagi dosa-dosa kita. Sekarang Bapa adalah “berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah [bagi kita]” (Yesaya 53:10). Demikianlah Yesus – Ia ditinggalkan oleh Allah dan ditinggalkan oleh sahabat-sahabat-Nya!

Dipakukan di kayu terkutuk dalam keadaan telanjang,
   Menjadi tontonan bumi dan sorga,
Tontonan luka menganga dan darah,
   Luka dari keajaiban kasih.

Dengarkanlah! Betapa memilukan jeritan-Nya
   Para malaikat turut merasakan, ketika mereka melihatnya;
Para sahabat-Nya meninggalkan Dia malam itu
   Dan kini Allah-Nya meninggalkan Dia juga!

Di sini Yesus sendiri. Murid-Nya telah melarikan diri dalam ketakutan. Allah telah menghukum-Nya dan memalingkan wajah-Nya. Yesus ditinggalkan sendirian untuk diinjak-injak di tempat pemerasan anggur, dan mencelupkan pakaian-Nya dalam Darah-Nya sendiri! Untuk kebaikan kita dan untuk keselamatan kita, Dia diremukkan, dihancurkan, jiwa-Nya mengalami kesengsaraan bahkan sampai mati.

Pada zaman dahulu orang-orang menangis ketika Yesus digambarkan seperti ini. Kadang-kadang mereka bahkan berteriak keras dan menjerit dalam keharuan pada berbagai kebaktian. Tetapi kita hanya bisa membaca hal ini dalam buku-buku sejarah saat ini. Generasi Anda, setelah melihat ribuan sajian pembunuhan di televisi, tidak bisa meneteskan satu air matapun. Generasi Anda, yang telah bermandikan darah lima puluh lima juta bayi yang diaborsi, bahkan tidak bisa memberikan napas kesedihan, karena generasi Anda adalah generasi tanpa kasih sayang alami dan hanya bisa memberikan tatapan kosong! Jika Anda adalah generasi normal, Anda akan merasa kesakitan dalam hatimu, memikirkan Yesus yang telah mengalami semua ini untuk menyelamatkan jiwa Anda.

Tolong pikirkan, saudara-saudaraku, bahwa Yesus telah mengalami semua rasa sakit ini dan semua rasa malu ini untuk Anda, untuk keselamatan Anda dan sebagai teladan Anda. Dia disalibkan, dipermalukan karena Anda.

“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Roma 5:8-9).

Mari kita berdiri dan menyanyikan lagu terakhir pada lembaran lagu Anda.

Bila ku ingat salib-Nya,
   Di mana Yesus dipaku,
Harta yang dulu ku sembah
   Tidak mengikat hidupku

Kiranya rasa banggaku,
   Hanya di dalam Almasih,
Ku buang nafsu hatiku
   Karna korban-Nya yang suci.

Lihatlah pada dahi-Nya;
   Duka dan kasih tercurah.
Dahsyat mahkota duri-Nya:
   Yang hina jadi yang mulia.

Andaikan dapat ku beri
   Alam semesta pada Mu
Karna kasih-Mu yang murni
   Kupersembahkan diriku
   (“When I Survey the Wondrous Cross,” oleh Dr. Isaac Watts, 1674-1748/
      Terjemahan “Bila Kuingat SalibNya” dalam Nyanyian Pujian No. 189).

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah Dr Hymers setiap minggu di Internet
di www.realconversion.com. Klik di “Khotbah Indonesia.”

Anda dapat mengirim email kepada Dr. Hymers dalam bahasa Inggris ke
rlhymersjr@sbcglobal.net (Click Here) – atau Anda juga boleh mengirim surat kepadanya
ke P.O. Box 15308, Los Angeles, CA 90015. Atau telepon beliau di (818)352-0452.

Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Anda dapat menggunakannya tanpa
meminta izin kepada Dr. Hymers. Namun, semua video khotbah Dr. Hymers dilindungi
hak cipta dan hanya dapat digunakan dengan izin.

Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Mr. Abel Prudhomme: Matius 26:59-68.
Persembahan Pujian Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“His Passion” (oleh Joseph Hart, 1712-1768).


GARIS BESAR KHOTBAH

KEHINAAN SANG JURUSELAMAT

THE SAVIOUR’S SHAME

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.

“Yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibrani 12:2).

(I Petrus 2:21)

I. Pertama, pikirkan tentang tuduhan memalukan melawan Yesus,
Lukas 23:4; Yohanes 18:38; Lukas 22:42; Yohanes 18:36.

II. Kedua, pikirkan tentang ejekan memalukan yang Yesus tanggung,
Matius 27:40, 43-44; Bilangan 16:33; II Raja-Raja 1:9-10;
Yesaya 53:7; Matius 26:68.

III. Ketiga, pikirkan tentang cambukan dan penyaliban yang Ia derita,
Yesaya 53:5.

IV. Keempat, marilah kita melihat lebih dekat kepada salib Yesus, dan melihat hal yang lebih hina lagi, Yesaya 53:10; Roma 5:8-9.