Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




KESAKSIAN SAYA

(MY TESTIMONY)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Pagi 6 Desember 2009

“Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Matius 27:4).


Itu adalah ayat Alkitab pertama yang pernah saya hafal (Matius 27:4). Jika ini nampak seperti ayat yang aneh, khususnya sebagai ayat yang pertama kali sekali saya hafal, dengarkan dengan penuh perhatian kesaksian saya dan Anda akan menemukan alasan mengapa Tuhan menggunakan ayat ini dalam hidup saya.

Saya tidak lahir dan bertumbuah dalam keluarga Kristen. Dulu ayah saya tidak pernah pergi ke gereja. Saya tidak pernah mendengar mereka berdoa. Satu-satunya doa yang pernah saya tahu hanya “Doa Bapa kami,” namun saya telah melakukannya seperti suatu mantra magis. Saya menaikan doa itu ketika saya dalam kesulitan. Namun saya tidak mengenal Yesus Kristus, dan sedikit kepercayaan kepada Allah tidak lebih dari sekedar berharap ada keajaiban terjadi.

Ketika saya berumur tiga belas tahun tetangga saya membawa saya bersama dengan anak-anak mereka ke gereja Baptis di mana ini adalah untuk pertama kalinya saya ada di gereja dalam hidup saya. Saya memiliki semangat mengikuti kebaktian itu, namun saya tidak ingat apapun yang pengkhotbah waktu itu pernah khotbahkan. Saya hanya ingat bahwa ia berbicara dengan keras sambil mengacung-acungkan tangannya. Ia mengenakan baju abu-abu muda dengan dasi berwarna hijau terang. Ketika ia berkhotbah dengan lantang sambil menggerak-gerakan tangannya, dasinya itu bergelantung bergerak ke sana kemari. Hanya itulah yang saya ingat ketika pertama kali saya mendengar khotbah di gereja Baptis itu. Pada akhir khotbahnya ia mengundang orang untuk maju ke depan dan berdiri di depan mimbar. Orang-orang mulai berdiri dan menyanyikan sebuah lagu. Teman saya, anak lelaki dari tetangga saya itu melangkah dari samping saya untuk maju ke depan. Saya berpikir, “Itu adalah hal yang wajib dilakukan.” Jadi saya mengikuti dia. Pendeta itu berkata kepada kami agar kami datang beberapa malam lagi untuk dibaptis. Itu adalah yang ia katakan. Itu adalah gereja “decisionis,” sehingga tak seorangpun berbicara kepada kami atau bertanya kepada kami mengapa kami maju ke depan. Teman saya dan saya akhirnya datang kembali. Mereka memberikan kami pakaian putih dan kami dibaptis bersama dengan beberapa anak lainnya. Itulah bagaimana saya menjadi orang Baptis! Namun saya belum menjadi orang Kristen. Saya belum bertobat. Saya belum mengenal Yesus Kristus. Satu hal yang saya percaya waktu itu adalah bahwa saya dapat memperoleh pertolongan “magis” dengan melafalkan “Doa Bapa kami.”

Saya pergi ke gereja setiap Minggu bersama dengan tetangga depan rumah saya itu. Mereka sangat bersahabat, dan saya suka main di rumah mereka untuk nonton TV bersama mereka hampir setiap malam. TV adalah sesuatu yang baru ketika saya masih berumur tiga belas tahun. Kami semua duduk di depan layar ukuran sembilan in dan menonton program TV hitam putih itu hampir setiap malam. Dan kemudian saya pergi ke gereja bersama dengan mereka setiap Minggu pagi. Saya tidak ingat apapun yang diajarkan di Sekolah Minggu waktu itu. Saya tidak ingat apapun dari khotbah yang saya dengar. Yang saya ingat, suatu kali pendeta kami berbicara tentang Sorga. Namun saya tidak ingat apa yang ia jelaskan tentang itu. Semua khotbahnya berlalu begitu saja, saya tidak mengingat sama sekali.

Kemudian suatu hari ketika saya berumur sekitar lima belas tahun gereja tersebut memutuskan untuk membuat drama Paskah tentang penyaliban Kristus. Dan saya kebagian peran menjadi Yudas, murid yang mengkhianati Kristus dengan tiga puluh keping perak, yang menyebabkan penangkapan Kristus dan kematian Kristus di kayu Salib. Pada waktu itulah pertama kali saya menghafal sebuah ayat dari Alkitab.

Saya adalah Yudas. Saya telah membayar tiga puluh keping perak yang membuat para tentara mendatangi tempat di mana Yesus berdoa. Mereka menangkap Yesus dan meninju wajah-Nya. Sebagai Yudas, saya pergi kepada para imam yang telah membayar saya untuk mengkhianati Dia. Saya melemparkan koin-koin itu ke bawah kaki para imam itu dan berteriak,

“Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Matius 27:4).

Kemudian saya lari keluar dan gantung diri, seperti yang Yudas pernah lakukan.

Saya memerankan tokoh Yusas setiap Paskah selama tiga tahun. Kata-kata dari Matius 27:4, yang saya hafal, semakin melekat dalam pikiran saya,

“Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Matius 27:4).

Itu adalah ayat Alkitab yang pertama kali saya hafal. Kata-kata dari ayat itu tenggelam ke kedalaman jiwa saya. Nampak bagi saya bahwa saya adalah Yudas – bahwa saya telah mengkhianati Yesus, bahwa saya telah menyalibkan Dia oleh karena dosa saya.

Saya begitu menyadari dosa-dosa saya sehingga saya ingin melakukan sesuatu untuk memperoleh kelepasan. Pada suatu pagi Minggu Paskah, pada waktu saya berumur tujuh belas tahun, pendeta itu meminta jika ada orang yang mau memutuskan bagi dirinya sendiri untuk menjadi seorang hamba Tuhan, dan jika mereka mau, untuk maju ke depan dan berdiri di depan mimbar. Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang hamba Tuhan sampai pada waktu itu. Namun saya berpikir, “Ini adalah apa yang saya perlu lakukan.“ Saya berdiri dan maju ke depan. Setelah acara kebaktian itu seseorang menghampiri saya dan menjabat tangan saya, mengucapkan selamat untuk “keputusan” saya.

Saya percaya bahwa Allah sungguh telah memanggil saya untuk masuk ke dalam pelayanan pada pagi itu. Saya tidak ragu bahwa Allah ingin saya menjadi hamba Tuhan sejak hari itu, lebih dari lima puluh satu tahun yang lalu. Namun saya belum menjadi orang Kristen. Saya masih belum bertobat. Saya belum mengenal Yesus Kristus. Saya tidak memahami apapun tentang penyucian dosa melalui darah-Nya. Kemudian saya menjadi seorang pengkhotbah Baptis yang masih terhilang. Mereka memberikan lisensi kepada saya untuk berkhotbah beberapa bulan kemudian. Lisensi itu dibingkai dan masih tergantung di kantor saya di sini di gereja ini. Namun waktu itu sebenarnya saya belum lahir baru. Saya dapat menghafal Injil, dan saya telah mengkhotbahkan banyak khotbah, namun saya belum bertobat. Waktu itu saya hanyalah seorang “pengkhotbah muda” Baptis yang masih terhilang, yang sedang mencoba berusaha memperoleh keselamatan melalui perbuatan baik. Kata-kata dari Yudas dalam Matius 27:4 telah membawa saya ke bawah keinsafan akan dosa, namun saya belum memperoleh kelepasan dengan menjadi seorang pengkhotbah Baptis. Kata-kata itu terus menusuk hati saya,

“Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Matius 27:4).

Beberapa tahun telah berlalu dan saya membaca tentang James Hudson Taylor, misionaris pionir terbesar ke China. Saya berpikir, “Itu adalah apa yang harus saya lakukan. Saya harus menjadi seorang misionaris bagi orang-orang China.” Saya berpikir bahwa itu akan membantu saya untuk menjadi orang Kristen, dan menyingkirkan rasa bersalah saya. Sehingga akhirnya saya pergi ke gereja Chinese Baptist dan bergabung dengan gereja tersebut. Musim gugur berikutnya saya pergi ke sekolah Alkitab, ke Biola College (sekarang Universitas) untuk mempersiapkan diri menjadi seorang misionaris. Di sana saya mendengar Dr. Charles J. Woodbridge berkhotbah setiap hari selama seminggu di kebaktian Chapel. Dr. Woodbridge lahir di China, anak pasangan misionaris. Itulah yang membuat saya memperhatikan khotbahnya dengan seksama. Ia juga seorang pengkhotbah yang menarik, dan seorang pengkhotbah yang berpusat pada Alkitab. Ia pernah berkhotbah seri dari Surat II Petrus. Ketika ia mengkhotbahkan II Petrus 2:1, ia berbicara dengan penuh kuasa melawan “nabi-nabi palsu” yang mengingkari “Tuhan yang telah menebus mereka.” Ia membuat karya penebusan Kristus di kayu Salib sangat jelas, bahwa Kristus mati menggantikan kita untuk membayar dosa-dosa kita. Hari berikutnya ia membahas II Petrus, pasal tiga. Di sini ia berbicara tentang “para pengejek” di akhir zaman yang akan mentertawakan Alkitab dan mengingkari Kedatangan Kristus yang Kedua. Ia kemudian berbicara tentang hari Penghakiman,

“…Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap”
       (II Petrus 3:10).

Kemudian ia sampai pada ayat tiga belas,

“Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”
       (II Petrus 3:13).

Ia berkata, “Mereka, orang-orang terhilang di dunia ini, tidak memiliki pengharapan! Mereka hanya menunggu kematian! ‘Tetapi kita’ memiliki pengharapan di dalam Kristus! ‘Tetapi kita’ mengenal Kristus, kita telah diselamatkan oleh Dia! Mereka tidak memiliki pengharapan! ‘Tetapi kita’ memiliki keselamatan dan pengharapan di dalam Kristus.” Kata-kata itu menembus hati saya bagaikan anak panah. Semua kebaikan dan kesalehan saya menjadi tidak berharga. Saya tahu bahwa dunia akan berakhir, dan penghakiman akan datang. Saya datang kepada Kristus dengan iman pada saat itu. Dosa-dosa saya telah disucikan di dalam Darah-Nya. Saya telah bertobat. Saya tahu itu kemudian, dan saya tahu itu sekarang.

Sejak ku pandang salib-Mu
   Dengan iman teguh,
Aku masyurkan kasih-Mu
   Seumur hidupku
Seumur hidupku, Seumur hidupku
   Aku masyurkan kasih-Mu
Seumur hidupku.
   (“There Is a Fountain” by William Cowper, 1731-1800).

Saya tahu dari pengalaman pribadi saya bagaimana datang ke gereja tanpa memahami apapun tentang Kekristenan. Itu adalah bagaimana saya dulu datang ke geraja ketika masih berumur tiga belas tahun. Saya tahu perasaan seperti orang bingung, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi orang Kristen sejati. Saya tahu bagaimana rasanya berada di bawah keinsafan akan dosa dan tidak tahu bagaimana membebaskan diri. Saya tahu bagaimana datang kepada Kristus dan diselamatkan. Dan saya tahu bahwa saya diselamatkan oleh Yesus untuk melayani Dia sepanjang hidup saya dalam persekutuan jemaat lokal ini.

Lima puluh lima tahun telah berlalu sejak tetangga saya untuk pertama kalinya membawa saya ke gereja Baptis itu. Ketika saya mengingat ke belakang yaitu lima dekade yang telah saya lewati saya yakin bahwa hal yang paling penting dalam hidup saya adalah ini –Yesus Kristus dan jemaat-Nya. Hanya Kristus yang dapat membebaskan saya dari rasa bersalah dan ketakutan. Hanya jemaat-Nya yang dapat memberikan kepada kami stabilitas, persekutuan dan kekuatan dan disipilin dalam dunia yang tidak bersahabat ini. Hanya Kristus dan jemaat-Nya yang dapat memberikan arti kepada kita dalam keberadaan sia-sia kita yang tanpa pengharapan.

Jika saya hanya memiliki satu khotbah untuk disampaikan, saya mau mengatakan kepada Anda, tanpa keraguan: pastikan Anda mengenal Yesus Kristus, dan pastikan Anda menghidupi hidup Anda di sini di gereja ini. John Calvin berkata, ”Barang siapa memiliki Allah sebagai Bapanya memiliki gereja sebagai ibunya.“ Bagaimana mungkin orang yang membaca Alkitab tidak setuju dengan perkataannya itu?

Berikut ini adalah hal-hal yang akan menjadi paling berarti di akhir hidup Anda. Di akhir hidup Anda berikut ini akan menjadi satu-satunya hal yang paling berarti!

“Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” (I Timotius 1:15).

“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib” (I Petrus 2:24).

“Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Markus 16:19).

“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kisah Rasul 16:31).

“Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kisah Rasul 2:47).

“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16).

Kiranya Tuhan memberikan anugerah kepada Anda agar Anda mau datang kepada Yesus dan percaya kepada Dia. Kiranya Tuhan mempertobatkan Anda kepada Kristus. Kiranya Anda mau dibaptis ke dalam persekutuan gereja ini. Di akhir hidup Anda berikut ini akan menjadi satu-satunya hal yang paling berarti!

Oh, betapa sungai rahmat sedang mengalir.
   Turun dari Juruselamat manusia yang tersalib,
Darah yang mahal yang Ia curahkan demi menebus kita,
   Anugerah dan pengampunan bagi semua dosa kita
(“Oh, What a Fountain!” by Dr. John R. Rice, 1895-1980).

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah-khotbah Dr. Hymers setiap minggu di Internet
di www.realconversion.com. Klik on “Khotbah Indonesia.”

Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Dr. Kreighton L. Chan: Matius 27:27-36.
Pujian Solo Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“Oh, What a Fountain!” (by Dr. John R. Rice, 1895-1980).