Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




PERLUNYA TERUS-MENERUS MENGKHOTBAHKAN INJIL

(THE CONSTANT NECESSITY OF GOSPEL PREACHING)

Oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
Diterjemahkan oleh Dr. Eddy Peter Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Kebaktian Pagi, 24 Juni 2007
di Baptist Tabernacle of Los Angeles

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” (I Korintus 9:16).


Di samping Kristus sendiri, ada sosok yang sangat penting pada abad pertama yaitu Rasul Paulus. Ia selalu melakukan segala sesuatu dengan luar biasa. Sebagai orang berdosa yang suka menentang, sebelum ia bertobat, ia adalah orang yang sangat berdosa, penganiaya orang-orang Kristen mula-mula. Pertobatannya juga sangat luar biasa, karena Kristus sendiri menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia menjadi orang Kristen yang sangat luar biasa, salah satu orang terbesar yang pernah hidup. Dan ia adalah pengkhotbah terbesar di sepanjang masa. Ia pernah berkhotbah di berbagai Negara dalam dua bahasa, baik bahasa Ibrani maupun Yunani. Ia pernah berkhotbah di depan raja-raja – kepada Raja Agripa dan Kaisar Nero. Apapun yang Paulus lakukan, ia melakukannya dengan segenap hatinya, dengan semangat menyala-nyala. Kapanpun ia berkhotbah, ia melakukannya dengan seluruh kemampuannya. Oleh sebab itu kita dapat yakin bahwa ketika ia menulis ayat ini, ia membuat setiap katanya penuh arti ketika ia berkata,

“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”
      (I Korintus 9:16).

Perkataan-perkataan Paulus ini cocok untuk diterapkan oleh setiap pengkhotbah hari ini, seperti halnya untuk Rasul itu sendiri. Ketika kita menguji ayat ini, kita akan mencoba untuk menjawab dua pertanyaan ini.

I. Pertama, apakah pemberitaan Injil itu?

Paulus berkata,

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”
      (I Korintus 9:16).

Apa yang ia sedang bicarakan? Apakah arti “memberitakan Injil” itu?

Ini berarti mengkhotbahkan/memberitakan. Kata yang diterjemahkan dengan “memberitakan” di sini berbeda dengan kata yang diterjemahkan “mengajarkan.” Tentu saja Paulus tahu perbedaan antara kedua kata ini. Ada banyak kali ia mengajar. Namun di sini ia berkata,

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”
      (I Korintus 9:16).

Kata “memberitakan” berarti “mendeklarasikan, menggembar-gemborkan, mengumumkan, kabar baik, Injil” (Strong). Kata Yunani yang utama untuk kata “mengajar” berarti “mengajar atau melatih” (to instruct). Perbedaan vital antara memberitakan/berkhotbah dengan mengajar adalah bahwa memberitakan lebih menekankan proklamasi dari pada pengajaran. Memberitakan Injil berarti memproklamasikan Injil itu, mendeklarasikannya, mengumandangkannya, menyerukannya, mendeklamasikannya dengan giat. Itulah apa yang Paulus maksudkan ketika ia berkata, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”

Ketika saya masih remaja, seorang pengkhotbah tua dari Southern Baptist pernah berkata kepada saya, “Nak, jika kamu tidak dapat menjelaskan perbedaan antara pemberitaan atau khotbah dengan pengajaran, kamu tidak dipanggil untuk menjadi pengkhotbah!” Saya menyadarinya kemudian, dan hari ini saya masih menyadarinya!

Namun, kemudian, Rasul berkata, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” Banyak fakta Injil yang dengan jelas diberikan dalam Alkitab:

“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil…bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (I Korintus 15:1, 3, 4).

Ayat-ayat ini memberikan pusat berita dari Injil itu. Kata Yunani yang diterjemahkan “Injil” ini berarti “kabar baik,” yaitu, kabar baik bahwa Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita, menggantikan posisi kita, untuk membayar penghukuman bagi dosa-dosa kita; bahwa Ia dikuburkan untuk memindahkan dosa-dosa kita; bahwa Ia bangkit secara jasmani dari antara orang mati untuk memberikan hidup baru kepada kita. Pengajaran-pengajaran Alkitab ini, dan banyak lagi yang lain yang berhubungan dengan itu, adalah dasar dari pemberitaan Injil. Betapa menyedihkannya bila kita sering mendengar khotbah-khotbah hari ini yang bahkan tidak menekankan pengajaran-pengajaran dasar tentang Injil ini. Ketika pengajaran-pengajaran Injil yang utama ini dikaburkan, atau dihilangkan, khotbah itu tidak lagi patut disebut “pemberitaan Injil.”

Perhatikan dalam 1 Korintus 15:3-4 bahwa pengajaran-pengajaran ini semuanya berpusat di dalam Kristus:

“Bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita… bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga…”

Jadi, pemberitaan Injil yang benar adalah yang selalu mengkhotbahkan Kristologikal – khotbah atau berita yang berpusat pada Kristus.

Kita sering mendengar bahwa katanya Spurgeon menjelaskan ayatnya dan kemudian “menghubungkannya dengan salib.” Namun saya percaya bahwa itu adalah evaluasi yang salah tentang Spurgeon. Yang saya tangkap adalah bahwa banyak khotbah Spurgeon yang berpusatkan pada Kristus dari permulaan sampai akhir. Dan saya berpikir bahwa itu adalah cara pemberitaan Injil harus dilakukan. Pemberitaan Injil mengagungkan Tuhan Yesus Kristus. Injil selalu merupakan pemberitaan yang berpusat pada Kristus dan mengagungkan Kristus! Itu adalah pemberitaan yang membesarkan, memuji dan meninggikan Tuhan Yesus Kristus – semua yang telah Ia lakukan untuk menyelamatkan dan menyucikan orang-orang berdosa!

Namun pemberitaan Injil juga merupakan berita yang bersifat negatif. Dr. J. Gresham Machen dengan benar berkata,

Walaupun Kekristenan tidak diakhiri dengan hati yang hancur; itu mulai dengan kesadaran akan dosa. Tanpa kesadaran akan dosa, seluruh Injil akan nampak seperti cerita kosong belaka. Namun bagaimana mungkin kesadaran akan dosa dapat dihidupkan kembali? Sesuatu yang tidak perlu diragukan dapat memenuhi ini adalah dengan mengumumkan hukum Taurat Allah, karena hukum Taurat itu menyatakan pelanggaran-pelanggaran (J. Gresham Machen, Ph.D., Christianity and Liberalism, Macmillan, 1923, hal. 66).

Saya yakin bahwa Dr. Machen benar. Oleh sebab itu, sebagian besar dari pemberitaan Injil harus menjadi pemberitaan tentang hukum Taurat. Orang-orang terhilang harus dibuat sadar akan dosa-dosa mereka atau Injil Kristus tidak akan nampak penting bagi mereka – hanya sebagai “cerita kosong.” Oleh sebab itu, pemberitaan Injil yang benar juga harus menekankan tentang keadaan manusia yang telah rusak total, ketidakmampuannya secara sempurna untuk melakukan apapun, mengatakan apapun, atau mempelajari apapun yang akan membuat dia dapat diterima Allah – tanpa datang kepada Kristus.

Realitas Neraka, dan Penghakiman Akhir, juga harus menjadi bagian dari pemberitaan Injil. Pengujian hati sendiri, dosa yang tidak dapat diampuni dan orang-orang yang keras kepala juga memerlukan khotbah-khotbah tentang “hukum Taurat” yang memeriksa jiwa sebelum obat dari Injil mungkin diterima. Kebutuhan mutlak bagi pertobatan itu sendiri juga dapat berbentuk khotbah tentang “hukum Taurat” ketika orang berdosa diberitahu bahwa pekerjaan penyelamatan ini sepenuhnya ada dalam tangan Allah – seperti yang Kristus katakan tentang keselamatan, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin” (Markus 10:27).

Namun tidak ada sesuatu yang mengerikan bila subyek-subyek ini harus dikhotbahkan secara motivasional. Yang saya maksudkan, mereka tidak harus dikhotbahkan dengan meminta orang berdosa untuk menjadi “baik” atau “bertindak lebih baik.” Seperti Dr. A. W. Tozer berkata,

Iblis tidak akan menyebabkan kesulitan bagi seorang pengkhotbah yang takut kepada jemaatnya dan kawatir akan pekerjaannya sehingga ia berkhotbah selama tiga puluh menit dan menyimpulkan apa yang ia sampaikan dengan berkata, ‘Jadilah orang baik dan Anda akan merasa lebih baik.’ Anda dapat menjadi orang baik sebaik yang Anda inginkan namun pergi ke neraka jika Anda tidak meletakkan kepercayaan Anda di dalam Yesus Kristus! Iblis tidak akan membuang-buang waktunya hanya untuk mengganggu pengkhotbah yang hanya memberitakan ‘Jadilah orang baik!’ (A. W. Tozer, D.D., Who Put Jesus on the Cross? Christian Publications, 1975, hal. 142).

Ketika Paus berada di Brazil beberapa minggu yang lalu, persis seperti itulah apa yang telah ia lakukan! Ia menjelaskan kepada masyarakat di Brazil untuk menjadi orang baik! Saya membaca apa yang ia katakan dalam Los Angeles Times. Ia meminta kepada mereka untuk menjadi orang baik, hidup lebih baik. Itu bukan pemberitaan Injil. Paus mungkin dengan sangat baik telah menyebutkan fakta-fakta Injil. Namun tak seorangpun akan memperhatikan lebih serius, atau menjadi benar-benar terbantu, dengan menjelaskan agar mereka menjadi orang baik dan kemudian memikirkan lebih lanjut pengajaran-pengajaran Injil itu sebagai suatu perenungan. Dari pada menjelaskan kepada orang-orang berdosa untuk menjadi orang baik, pemberitaan Injil yang benar menjelaskan kepada mereka bahwa mereka tidak dapat benar-benar menjadi baiktidak peduli seberapa keras mereka mencoba! Pemberitaan Injil yang riil membuat itu menjadi jelas bahwa orang-orang berdosa yang terhilang telah binasa dan tanpa pengharapan, rusak total, dan terikat untuk penghakiman kekal di Neraka – dengan tanpa kuasa untuk mengubah diri mereka sendiri, tidak ada kekuatan manusia untuk membuat diri mereka sendiri dapat diterima oleh Allah. Itu adalah pemberitaan tentang hukum Taurat, hukum Allah, yang adalah hal yang paling membuat Injil “kabar baik” meruntuhkan orang-orang berdosa! Dalam pemberitaan Injil yang benar, Injil berdiri menentang para pelanggar hukum dan tuntutan Allah. seperti Rasul Paulus menuliskan ini,

“Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Galatia 3:24).

Ayat ini bukan hanya berarti bahwa hukum Perjanjian Lama adalah yang mempersiapkan jalan untuk terang Injil.

Martin Luther, Reformator besar, berkata, “Hukum Taurat menunjukkan dosa; itu tidak [menyelamatkan], namun menunjukkan kepada kita sebagai orang-orang berdosa; itu tidak menghidupkan, namun mempermalukan dan membunuh” (Bernhard Lohse, Ph.D., Martin Luther’s Theology, Fortress Press, 1999, pp. 181-182). Dan Luther sangat tepat sesuai dengan Alkitab ketika ia mengatakan itu. Hukum moral masih memiliki efek, dan ketika dikhotbahkan dengan benar sebagai pengantar Injil, itu sungguh “mempermalukan dan membunuh” pengharapan palsu orang berdosa yang berpikir bahwa mereka dapat mengubah diri mereka sendiri dan menjadi suci dan baik dalam pemandangan Allah tanpa perlu mengenal sang Juruselamat. Hukum Taurat “menunjukkan kepada kita bahwa kita adalah orang-orang berdosa”! Betapa tepat sekali apa yang Luther katakan!

“Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Galatia 3:24).

“Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (Roma 3:20).

“Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” Hukum Taurat mempermalukan orang berdosa. Itu mengecewakan dia dalam pengharapan-pengharapan palsunya, itu tidak menyenangkannya, wabah, mengganggu, menimbulkan kekuwatiran, membuat depresi, merendahkan, menjengkelkan, mengganggu dan mempermalukan dia sebagai mana ia ada, dalam keadaannya yang berdosa. Itu adalah hukum Taurat yang seharusnya dipresentasikan, khususnya pada permulaan khotbah Injil yang benar.

Hanya ketika orang berdosa dihancurkan oleh Hukum Taurat Allah dan Roh Kudus, hanya ketika ia dipermalukan oleh kejahatan dan kecurangan hati dan hidupnya, hanya ketika ia dibawa untuk merasakan dirinya yang penuh dosa dan tanpa pengharapan oleh hukum Taurat, menunjukkan kepadanya kesalahan dan kebobrokannya, hanya setelah semua itu maka kemudian mau menerima obat dari Injil Kristus, keselamatan melalui Darah dan kebenaran-Nya, menjadi melihat apa arti dari Injil itu – kabar baik dari Injil!

“Oh,” seorang gadis muda berkata di ruang pemeriksaan kita, “Saya adalah orang berdosa yang seperti itu!” Ia telah dihancurkan oleh ancaman-ancaman hukum Taurat, dan ketidakmampuannya secara sempurna untuk menjadi sebaik yang hukum Taurat syaratkan. Hanya ketika seorang berdosa ada dalam keadaan pikiran yang seperti ini yang dapat memahami bahwa Yesus masih mengasihi mereka, bahkan dalam keadaannya yang berdosa, dan bahwa Kristus tidak hanya akan mengampuninya namun juga akan memakaikan kepadanya kebenaran-Nya sendiri yang sempurna! Itu adalah pemberitaan Injil. Itu adalah pemberitaan tentang hukum Taurat yang menghakimi dosa, kemudian diikuti dengan rahmat Injil Kristus! Dan itu adalah khotbah yang persis seperti yang Anda sedang dengar pagi ini juga. Hukum Taurat menunjukkan kepada Anda akan kesalahan Anda, dan Injil memberikan Anda kabar baik bahwa Kristus dapat menyelamatkan Anda dengan korban darah-Nya bagi dosa Anda, dan anugerah yang memberikan hidup-Nya sebagai Anak Allah yang telah dibangkitkan, yang mengasihi Anda dan siap untuk menyelamatkan Anda.

Orang yang penuh d’rita,
   Julukan anak Allah
Penebus manusia
   Haleluya, Juruselamat!
(“Hallelujah! What a Saviour!” by Philip P. Bliss, 1838-1876).

Itu adalah tipe khotbah yang Paulus sarankan untuk kita lakukan dalam ayat ini,

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”
      (I Korintus 9:16).

II. Kedua, mengapa perlu memberitakan Injil?

Mengapa, sungguh, Paulus berkata,

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”
      (I Korintus 9:16).

Pemberitaan Injil perlu karena itu adalah pusat dari tema utama seluruh Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Baru. Menelusuri seluruh Alkitab, melalui type, melalui nubuatan, melalui pernyataan langsung, Injil Kristus adalah sebagai pusatnya. Ia yang membaca Alkitab tanpa kesadaran tentang pengorbanan Kristus bagi kita, akan menjadi buta sebuta kelelawar di tengah malam. Ia dapat membaca halaman-halaman Alkitab. Ia bahkan dapat mengingat ayat-ayat yang baik tentang keselamatan. Namun jiwanya tetap tinggal dalam kelamnya kegelapan sampai terbangun ketika sinar hukum Taurat menunjukkan kepadanya bahwa ia adalah orang berdosa; sampai sinar dari Injil Kristus yang menghidupkan masuk ke pusat jiwanya. Sampai hari yang penuh berkat itu datang, ia mengembara mengarungi kegelapan hidup, anak Adam yang terhilang; bahkan merasakan apa yang Kain, anak Adam rasakan ketika ia berkata,

“Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung” (Kejadian 4:13).

Namun, melalui siksaan batinnya, orang berdosa itu tidak memiliki ketenangan, tidak ada damai sejati dengan Allah, sampai ia mendengar pesan Injil yang mempesona. Kemudian kasih Kristus bagi dia bisa nampak begitu ajaib ketika ia ditarik kepada sang Juruselamat. Itu adalah berita kita! Itu adalah Injil!

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”
      (I Korintus 9:16).

Celakalah aku – karena sebagai pengkhotbah saya memegang Alkitab di tangan saya yang memproklamirkan satu-satunya penebusan, satu-satunya kepedulian bagi orang-orang berdosa yang terhilang. Celakalah aku jika aku menahan kebenaran-kebenaran Injil yang berharga ini dan hanya melulu mengajarkan Alkitab ayat per ayat, dengan sedikit aplikasi yang menggerakkan jiwa, dan sedikit jika ada anak panah api hukum Taurat yang membuktikan kepada hati orang berdosa tentang kebutuhannya akan Juruselamat.

Oh! Saya memanggil Anda pagi ini; saya menyerukan kepada Anda, saya mengkhotbahkan kepada Anda cara yang diberikan oleh Allah untuk diselamatkan dari kesengsaraan karena dosa dan murka Allah. Dan celakalah aku jika aku menahan dan tidak mengumandangkan kebenaran-kebenaran ini dengan sekuat tenaga, dan memberitakan kepada Anda kabar baik tentang Injil – Kristus telah mati untuk membayar dosa-dosa Anda. Kristus telah bangkit dari antara orang mati untuk menghancurkan cengkeraman Setan yang mencengkeram hati Anda.

Dan jika ini menjadi celaka bagi saya jika saya tidak memberitakan Injil – pikirkanlah tentang celaka yang akan terjadi pada Anda bila Anda tidak memperhatikan Injil yang telah saya khotbahkan! Dan ada celaka bagi pengkhotbah yang tidak memproklamirkan, dan bahkan mengumandangkan, Injil dengan kesungguhan yang hanya satu-satunya yang dapat menyelamatkan orang-orang berdosa. Pikirkan bahwa jauh lebih celakanya yang akan mendatangi Anda jika Anda tidak mentaati Injil itu! Karena Yesus berkata,

“Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu” (Yohanes 8:24).

Oh, Tuhan, kiranya beberapa orang yang telah mendengar khotbah Injil yang begitu jelas ini, berbalik dari dosa mereka dan datang kepada Yesus sebelum kekekalan dan keabadian menjadi begitu terlambat, karena Yesus berkata,

“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16).

Selamatkalan mereka, Oh Tuhan! Tariklah mereka kepada Yesus. Kami berdoa di dalam nama sang Juruselamat. Amin.

Mari kita menyanyikan pujian nomer 7 pada lembaran lagu kita dan menyanyikannya dengan khidmat dan penuh perasaan.


Saat kita berdoa dan memohon,

Saat engkau melihat kebutuhan jiwamu yang paling dalam

Saat Bapa kita memanggilmu pulang,

Tidak maukah engkau pulang, saudaraku?

Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak sekarang?

Mengapa tidak datang kepada Yesus sekarang?

Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak sekarang?

Mengapa tidak datang kepada Yesus sekarang?


Engkau telah mengembara terlalu jauh;

Jangan ambil resiko menunggu hari lain;

Jangan palingkan wajahmu dari Allah,

Namun terimalah anugerah-Nya hari ini.

Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak sekarang?

Mengapa tidak datang kepada Yesus sekarang?

Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak sekarang?

Mengapa tidak datang kepada Yesus sekarang?


Di dunia engkau s’lalu menemukan kegagalan

Ada damai bagi pikiranmu yang galau

Datanglah kepada Kristus, percayalah di dalam Dia,

Damai sejahtera dan sukacita akan engkau dapatkan.

Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak sekarang?

Mengapa tidak datang kepada Yesus sekarang?

Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak sekarang?

Mengapa tidak datang kepada Yesus sekarang?

   (“Why Not Now?” by Daniel W. Whittle, 1840-1901).


(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah-khotbah Dr. Hymers setiap minggu di Internet
di www.realconversion.com. Click on “Sermon Manuscripts.”

Diterjemahkan oleh: Dr. Eddy Peter Purwanto @ www.sttip.com

Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Mr. Winston Song: I Korintus 2:1-5.
Lagu Solo Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“Man of Sorrows, What a Name” (by Philip P. Bliss, 1838-1876).


GARIS BESAR KHOTBAH

PERLUNYA TERUS MENERUS MENGKHOTBAHKAN INJIL

Oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.

“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!”
(I Korintus 9:16).

I.   Pertama, apakah pemberitaan Injil itu? I Korintus 15:1, 3, 4;
Markus 10:27; Galatia 3:24; Roma 3:20.

II.  Kedua, mengapa perlu memberitakan Injil? Kejadian 4:13;
Yohanes 8:24; Markus 16:16.