Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




UNTUNG DAN RUGINYA DIBESARKAN DI GEREJA

(THE ADVANTAGES AND DISADVANTAGES
OF BEING RAISED IN CHURCH)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
diterjemahkan Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Minggu Malam, 25 Oktober 2009

“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN” (I Samuel 2:12).


Ini adalah suatu kisah singkat. Ada seorang wanita yang tidak dapat mempunyai seorang anak. Ia berdoa dan berjanji kepada Allah bahwa ia akan menyerahkan anaknya untuk melayani Tuhan seumur hidup di kemah suci itu jika Ia menjawab doanya. Allah benar-benar menjawab doanya. Seorang anak laki-laki dilahirkan. Ia memberi nama Samuel kepada anak itu, dan membawanya ke kemah suci, dan menyerahkan dia untuk dibesarkan oleh seorang imam, yang bernama Eli.

Sementara imam itu memiliki dua anak laki-laki yang dinamakan Hofni dan Pinehas. Mereka adalah pemuda religius, namun mereka tidak mengindahkan Tuhan. Di sisi lain, Samuel yang masih kecil senantiasa bersekutu dengan Tuhan sepanjang malam dan telah bertobat. Namun kedua anak lelaki imam Eli jahat, religius namun masih terhilang. Akhirnya Allah menghukum mereka,

“kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas” (I Samuel 4:11).

Catatan tentang Pinehas dan Hofni dituliskan dalam Alkitab untuk suatu alasan. Dan saya percaya bahwa kisah mereka ini dituliskan di dalam Kitab Suci sebagai peringatan bagi anak-anak muda yang dibesarkan dalam keluarga Kristen. Apakah Anda dibesarkan dalam keluarga Kristen? Jika iya, ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan anak-anak muda ini, yang diberikan Allah sebagai peringatan bagi Anda.

“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN” (I Samuel 2:12).

Saya akan menarik dua pelajaran dari anak-anak Eli ini.

I. Pertama, untungnya dibesarkan di gereja.

Mereka memiliki kesempatan lebih banyak dari banyak orang. Mereka dibesarkan dalam keluarga yang saleh. Mereka diperlakukan istimewa sepanjang hidup mereka. Mereka telah mendengarkan banyak khotbah. Mereka terbiasa hidup religius. Namun, “mereka tidak mengindahkan Tuhan.” Mereka adalah “anak-anak dursila” (I Samuel 2:12).

Apa yang Alkitab maksudkan ketika Alkitab berkata mereka adalah “anak-anak dursila”? Ini adalah istilah dalam bahasa Ibrani yang berarti bahwa mereka “tidak berharga.” Keil dan Delitzsch berkata,

Hofni dan Pinehas adalah… pemuda-pemuda yang tidak baik, dan tidak mengindahkan Tuhan, sebagaimana Ia harus diindahkan, misalnya, tidak takut kepada Dia, atau membuat masalah dengan Dia (C. F. Keil and F. Delitzsch, Commentary on the Old Testament, Eerdmans, 1973 reprint, volume III, part 2, hal. 35).

Matthew Henry berkata,

Eli sendiri adalah orang yang sangat baik, dan tidak perlu diragukan bahwa ia telah mendidik anak-anaknya dengan baik, memberikan ajaran-ajaran yang baik kepada mereka, menjadi teladan yang baik bagi mereka, dan banyak berdoa demi kebaikan mereka; namun ketika mereka mulai bertumbuh dewasa, mereka menjadi anak-anak dursila, bertingkah laku jahat… mereka berbicara seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah; mereka hidup seakan mereka tidak mengenal Allah sama sekali. Catat, para orang tua tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan karena anak-anak mereka, atau karena mereka adalah darah dagingnya (Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, Hendrickson, 1996 reprint, volume 2, hal. 226).

Dua orang ini dibesarkan dalam kelurga yang saleh. Mereka selalu dipandang istimewa sepanjang hidup mereka. Mereka mengetahui Alkitab. Mereka ada di dalam “gereja,” dalam Kemah suci sepanjang hidup mereka. Mereka telah mendengarkan khotbah-khotbah ayah mereka, yaitu Eli. Mereka terbiasa hidup religius. Kedua anak itu sungguh beruntung karena anak-anak dari para penyembah berhala tidak menikmati kehidupan yang seberuntung mereka. Bahkan kebanyakan orang Ibrani sendiri tidak pernah memiliki kesempatan seberuntung kedua orang ini, yang dibesarkan dalam kemah suci Allah. Namun “mereka tidak mengindahkan Tuhan” (I Samuel 2:12).

Ada anak-anak muda hari ini yang bertumbuh di gereja dengan berbagai keberuntungan yang tidak pernah dimiliki oleh anak-anak yang dibesarkan dalam kehidupan orang dunia. Orang-orang yang dibesarkan di lingkungan gereja lokal memiliki orang tua Kristen yang baik. Mereka dipandang istimewa sepanjang hidup mereka. Mereka telah mendengar ratusan khotbah dan pelajaran-pelajaran Alkitab. Mereka memahami Kitab Suci. Mereka dididik untuk terbiasa hidup religius. Selalu ada di gereja pada setiap kebaktian adalah cara hidup mereka.

Anak-anak dari keluarga non-Kristen tidak memiliki keberuntungan ini. Para orang tua mereka tidak berdoa. Para orang tua mereka tidak membaca Alkitab untuk mereka. Para orang tua mereka tidak membawa mereka ke gereja. Justru, para orang tua mereka sering mengancam mereka agar tidak datang ke gereja. Mereka tidak memahami Alkitab. Mereka tidak pernah mendengar khotbah penginjilan sebelumnya. Mereka tidak memiliki keberuntungan untuk terbiasa hidup secara Kristen. Ketika mereka datang ke gereja lokal, semuanya masih asing bagi mereka. Mereka tidak tahu lagu-lagu yang dinyanyikan. Mereka tidak tahu bagaimana menemukan bagian Alkitab yang harus dibuka. Mereka dibingungkan dan dikacaukan dengan jadwal ibadah yang bentrok dengan cara hidup lama mereka.

Namun beberapa dari anak-anak muda ini yaitu mereka yang datang dari dunia justru menjadi orang-orang Kristen sejati, sementara mereka yang dibesarkan di gereja seringkali hanya melakukan ritual agama mereka namun tanpa mengalami pertobatan yang sejati. Dapat juga dikatakan tentang anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen ini, “mereka tidak mengindahkan Tuhan” (I Samuel 2:12). Oleh sebab itu, Anda lihat, tidak ada perbedaan di sini. Itulah apa yang dengan tepat dikatakan oleh Alkitab,

Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:22-23).

Tidak ada perbedaan antara seseorang yang dibesarkan di gereja dan orang yang tidak pernah dibesarkan di gereja.

Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”

Tidak ada perbedaan.

“Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yohanes 3:3).

Ya, orang-orang yang dibesarkan dalam gereja memiliki banyak keberuntungan, namun tidak ada perbedaan ketika berhubungan dengan dosa. Dan tidak ada perbedaan berhubungan dengan pertobatan.

“Kamu harus dilahirkan kembali” (Yohanes 3:7).

“Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yohanes 3:3).

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah buku yang berjudul, The Rise of Evangelicalism: The Age of Edwards, Whitefield and the Wesleys (Dr. Mark A. Noll, InterVarsity Press, 2003). Buku ini membahas tentang Kebangunan Rohani Agung Pertama (First Great Awakening) pada abad ke-18. Saya telah membaca materi ini banyak kali, dari berbagai sumber, namun saya menemukan ini menjadi synopsis yang menarik tentang apa yang terjadi pada masa kebangunan rohani yang luar biasa itu.

Menjelang bagian akhir dari buku ini, saya membaca kesaksian-kesaksian dari seorang laki-laki dan istrinya yang bertobat di bawah pemberitaan firman yang disampaikan oleh William McCulloch pada tahun 1742, di Cambuslang, Scotland. Laki-laki dan istrinya itu keduanya adalah orang yang religius. Mereka telah ada di gereja di sepanjang hidup mereka. Laki-laki itu berkata,

Saya telah menghadiri gereja terutama oleh karena sudah menjadi kebiasaan… Saya beruntung karena dididik menjadi orang beragama yang taat, diajar berdoa dua kali sehari, dan ini terus saya lakukan… dan konsekuensi wajar dari perilaku saya menunjukkan kepercayaan yang saya miliki dalam perilaku hidup yang baik [misalnya, bahwa saya adalah seorang Kristen] (ibid., hal. 284).

Namun pada bulan Pebruari mereka mendengarkan William McCulloch yang sedang berkhotbah, “setelah itu jiwa mereka begitu gelisah” (ibid.). Akhirnya orang itu bertobat. Kemudian, tidak lama setelah mengalami kegelisahan hati, istrinya juga mengalami pertobatan. Noll berkata, “Gambaran jelas dari kisah mereka menunjukkan bagaimana kehidupan yang akrab dengan Alkitab dapat mempersiapkan seseorang untuk dibawa ke dalam suatu periode yang intens dari pelayanan keinsafan injili, pergumulan dan jaminan kembali” (ibid., hal. 285).

Kemudian Noll memberikan kisah tentang Thomas Taylor (1738-1816). Ia “menerima didikan agama yang kuat dan hafal Katekismus Singkat Westminster sebelum umur empat tahun” (ibid., hal. 289). Tentu saja itu adalah pembelajaran agama yang keras! Namun ia masih belum bertobat. Setelah membaca buku Alleine yang berjudul Alarm to the Unconverted, dan buku Bunyan yang berjudul Pilgrim’s Progress, dan mendengarkan khotbah seorang penginjil besar, yaitu George Whitefield, Taylor mengalami keinsafan akan dosa yang mendalam. Noll berkata, “Mendekati umur dua puluh tahun, sepanjang masa pertempuran langsung dengan Setan... Taylor akhirnya diubahkan… [Ia berkata] ‘Saya melihat Dia dengan mata iman, sedang tergantung di kayu Salib... Saya percaya pada saat itu’” (ibid., hal 289). Ia telah bertobat. Segera setelah itu ia merasakan panggilan untuk berkhotbah dan menjadi seorang penginjil. Noll berkata bahwa ia berkhotbah dalam periode waktu yang lebih lama dari pada Methodis Inggris lainnya.

Sepanjang masa hidupnya yang luar biasa ini, ia pernah diserang oleh grombolan di Shropshire; beberapa kali ia diselamatkan melalui pemeliharaan istimewa dari ancaman kematian yang disebabkan oleh gelombang laut, jembatan runtuh, jatuh dari kudanya; ia menguasai bahasa Latin, Yunani dan Ibrani yang membantu dia dalam pembelajaran Alkitabnya ...ia tekun menghadapi antagonisme… dan ia terus… berkhotbah, berkhotbah, berkhotbah. Apa yang ia khotbahkan adalah… pertobatan, iman dan kelahiran kembali (ibid., hal. 289-290).

Tiga orang ini, yaitu laki-laki itu dan istrinya dan Thomas Taylor, mereka semua telah menjadi orang-orang religius selama bertahun-tahun sebelum mereka mengalami pertobatan. Ketiga orang ini akhirnya bertobat setelah ada di gereja-gereja yang keras selama bertahun-tahun. Namun mereka harus mengalami keinsafan akan dosa, dan kemudian mengalami kelahiran baru!

Namun anak-anak Eli tidak pernah mengalami itu. Mereka “adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,” atau mereka tidak benar-benar mengenal Dia (I Samuel 2:12).

II. Kedua, tidak untungnya dibesarkan dalam gereja.

Saya telah menunjukkan kepada Anda bahwa ada beberapa keuntungan dibesarkan dalam gereja lokal. Namun ada juga ketidak-beruntungannya. Dua ketidak-beruntungan itu langsung masuk ke dalam pikiran kita.

Pertama, orang-orang yang dibesarkan dalam gereja pada umumnya tidak mengalami kesepian seperti yang pernah menyerang anak-anak muda yang datang dari dunia. Saya tidak memiliki waktu untuk menjelaskan ini secara detail dalam khotbah ini, namun saya hanya mau berkata bahwa Samuel ditinggalkan oleh ibunya di Kemah suci. Ia memang datang untuk melihat atau menjenguk dia – namun hanya setahun sekali. Anak kecil ini harus mengalami kesepian yang intens tinggal di lingkungan yang asing di Kemah suci itu, dan betapa susahnya berbicara dengan Eli, imam yang sudah tua itu dan yang matanya sudah mulai rabun. Kedua anak lelaki Eli tidak terlihat banyak bergaul dengan Samuel. Sementara mereka bermain bersama, Samuel ditinggal sendirian.

“Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya… Samuel telah tidur… Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: ‘Ya, bapa.’… Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu” (I Samuel 3:2-4, 8).

Dari dalam kesunyian yang kelam, Allah datang kepada Yakub. Ketika Musa sendirian di padang gurun Midian, “Allah memanggil” Musa. Ketika sida-sida dari Etiophia melakukan perjalanan sendiri menyeberangi gurun pasir di Afrika Utara, Allah berbicara kepadanya. Dan di sini kita juga membaca tentang seorang anak kecil yang bernama Samuel, sendiri dalam ruang yang gelap, dipanggil Allah, dipanggil keluar dari kesendirian yang dialaminya itu untuk datang kepada Yesus Kristus.

Saya berkata bahwa seringkali ada ketidak-beruntungan dibesarkan di tengah-tengah keluarga Kristen, dalam kehidupan gereja yang baik selama beberapa minggu. Beberapa dari Anda tidak pernah merasa sendiri. Beberapa dari Anda dibesarkan dalam gereja namun tidak peduli dan menindahkan Tuhan seperti Pinehas dan Hofni. Juga, Anda tidak pernah mengalami pengalaman yang dialami oleh Samuel. Apakah Allah memanggil Anda dalam kegelapan? Mengapa, karena Anda tidak pernah mengalami kegelapan dalam sepanjang hidup Anda! Ini adalah ketidak-beruntungan dibesarkan dalam gereja. Anda selalu hidup dalam keluarga Kristen, dikelilingi oleh teman-teman Kristen. Anda tidak pernah mengalami kesepian yang kelam yang dialami oleh kebanyakan anak muda dalam masyarakat sekuler. “Pulanglah ke gereja”? Mengapa, karena Anda telah selalu ada di gereja! “Datanglah kepada Yesus Kristus”? Mengapa, karena Anda selalu mengetahui tentang Dia! Ah, namun apakah Anda mengenal Dia secara pribadi? Itu adalah pertanyaan yang tidak pernah dipikirkan oleh Pinehas dan Hofni, seperti yang Anda lihat,

“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN” (I Samuel 2:12).

Mereka mengetahui semua hal tentang Tuhan, namun mereka tidak mengenal Dia secara pribadi. Bagaimana dengan Anda? Itu adalah ketidak-beruntungan dibesarkan dalam gereja, atau ada di gereja selama bertahun-tahun tanpa bertobat. Anda juga tidak merasakan kesepian eksistensial yang kadang-kadang dapat membawa anak-anak muda dari dunia sekuler kepada Kristus.

Ketidak-beruntungan kedua adalah bahwa Anda telah mendengar semua ini sebelumnya. Katakanlah Anda berumur lima belas tahun. Jika Anda dibesarkan di gereja ini Anda telah mendengar saya berkhotah lebih dari seribu lima ratus khotbah, termasuk khotbah Minggu pagi, Minggu malam, dan hari-hari yang lain. Jika Anda berumur dua puluh tahun, Anda telah mendengar saya berkhotbah lebih dari dua ribu khotbah. Anda juga telah mendengar khotbah dari para pengkhotbah yang lain. Saya pikir ini menunjukkan bahwa Anda telah mendengarkan sekitar dua ribu lima ratus khotbah, belum lagi pelajaran-pelajaran Alkitab dan buku-buku rohani yang Anda telah baca. Jika Anda sekolah di sekolah Kristen, atau mengikuti home-schooling yang menggunakan literatur dan video Kristen, tidak diragukan lagi Anda telah mendengar Injil dikhotbahkan dan dijelaskan lebih dari tiga ribu kali, bahkan mungkin empat ribu kali, sebelum umur sembilan belas atau dua puluh tahun. Apakah ini suatu ketidak-beruntungan? Yah, jika Anda masih belum bertobat, ini dapat menjadi ketidak-beruntungan yang sangat mengerikan. Tidak peduli apapun tema yang pengkhotbah bicarakan, Anda telah mendengar semua itu sebelumnya! Tendensi alamiah manusia, ketika ia mendengar sesuatu berulang-ulang, diputar berulang-ulang, dipikirkan berulang-ulang, “Kemudian ia akan berbicara tentang kebobrokan. Kemudian ia akan berbicara tentang penebusan. Kemudian ia akan berbicara tentang Neraka. Kemudian ia akan berbicara tentang kelahiran kembali. Kemudian ia akan berbicara tentang khotbah-khotbah penginjilan. Kemudian ia akan berbicara tentang dosa. Saya telah mendengar semua itu ratusan kali.” Dan dengan demikian secara otomatis Anda akan memadamkan pikiran Anda selama khotbah disampaikan, karena Anda sudah terbiasa mendengar seruan pertobatan bagi orang terhilang. Saya sungguh takut bahwa Yesus sedang berbicara tentang Anda ketika Ia berkata,

“Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka” (Matius 13:14-15).

Itulah kondisi dari Pinehas dan Hofni. Mereka semua telah mendengar semua itu sebelumnya. Telinga mereka sudah “tumpul.” Bahkan ketika ayah mereka, yaitu Eli berulangkali menasehati mereka, akhirnya mereka menutup telinga mereka,

“Dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka” (Matius 13:15).

Apakah itu adalah kondisi Anda malam ini? Jika iya, kiranya Allah menolong Anda. Itu berarti Anda berada dalam bahaya penghukuman. Itu berarti Anda berada dalam bahaya yang Dr. Rice sebut dengan “dosa yang tak terampunkan.“ Itu berarti Anda berada dalam bahaya untuk tidak lagi dipedulikan Tuhan, seperti anak-anak Eli.

“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN” (I Samuel 2:12).

“Dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas”
       (I Samuel 4:11).

dan masuk ke dalam Neraka untuk selama-lamanya.

Inilah doa saya agar kiranya Anda secara tiba-tiba terbangun dari tidur Anda, seperti laki-laki dan istrinya yang ada di Skotlandia pada tahun 1742 di atas. Laki-laki itu berkata,

Saya telah menghadiri gereja terutama oleh karena sudah menjadi kebiasaan… Saya beruntungan karena dididik menjadi orang beragama yang taat, diajar berdoa dua kali sehari, dan ini terus saya lakukan… dan konsekuensi wajar dari perilaku saya menunjukkan kepercayaan yang saya miliki dalam perilaku hidup yang baik [misalnya, bahwa saya adalah seorang Kristen] (ibid., hal. 284).

Namun kemudian ia mendengar satu khotbah lagi, khotbah yang singkat yang tidak perlu diragukan juga pernah ia dengar sebelumnya. Namun saat itu “jiwanya menjadi begitu gelisah.” Dan akhirnya, ia berbalik kepada Yesus Kristus dan diselamatkan.

Akankah itu menjadi pengalaman Anda, atau akankah Anda terus seperti itu, sehingga Allah murka, dan akhirnya melemparkan Anda ke dalam api Neraka?

“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN” (I Samuel 2:12).

“Tetapi…orang-orang yang tidak percaya… akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua” (Wahyu 21:8),

entah mereka dibesarkan di gereja atau pun tidak. Nabi Yesaya berkata,

“Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yesaya 55:6).

Jika Anda gagal melakukan itu, di mulut kubur Anda akan mendengar bisikan ini, yaitu bahwa Anda “tidak mengindahkan Tuhan.”

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah-khotbah Dr. Hymers setiap minggu di Internet
di www.realconversion.com. Klik on “Khotbah Indonesia.”

Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Dr. Kreighton L. Chan: I Samuel 2:12-21.
Lagu Solo Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“If You Linger Too Long” (by Dr. John R. Rice, 1895-1980).


GARIS BESAR KHOTBAH

UNTUNG DAN RUGINYA DIBESARKAN DI GEREJA

(THE ADVANTAGES AND DISADVANTAGES
OF BEING RAISED IN CHURCH)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.

“Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN” (I Samuel 2:12).

(I Samuel 4:11)

I.   Pertama, untungnya dibesarkan di gereja, Roma 3:22-23;
 Yohanes 3:3, 7.

II.  Kedua, tidak untungnya dibesarkan dalam gereja,
I Samuel 3:2-4, 8; Matius 13:14-15; Wahyu 21:8;
Yesaya 55:6.