Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




PELUH DARAH

THE BLOODY SWEAT
(Indonesian)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Minggu Malam, 6 Maret 2016

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).


Khotbah ini didasarkan pada dua khotbah terkenal oleh C. H. Spurgeon, “The Agony in the Garden” [“Penderitaan di Taman itu”] (18 Oktober 1874) dan “Gethsemane” [“Getsemani”] (8 Februari 1863). Saya akan memberikan sinopsis dari dua karya kotbah luar biasa oleh Rajanya Para Pengkhotbah ini. Ini tidak persis seperti aslinya. Saya telah menyederhanakan khotbah ini menyesuaikan daya tangkap orang modern. Pikiran-pikiran ini telah diperoleh dari khotbah pengkhotbah besar ini, dan saya menyampaikannya kepada Anda dengan harapan agar penggambaran Spurgeon tentang Kristus di Taman Getsemani akan menangkap jiwa Anda dan mengubah tujuan kekal Anda.

Yesus makan perjamuan Paskah dan merayakan Perjamuan Tuhan bersama dengan murid-murid-Nya. Kemudian Dia pergi bersama mereka ke Taman Getsemani. Mengapa Dia memilih Getsemani untuk memulai penderitaan-Nya? Apakah karena dosa Adam yang membinasakan kita mulai di sebuah taman, Taman Eden; sehingga Adam terakhir ingin memulihkan kita di taman yang lain, yaitu Taman Getsemani?

Kristus telah sering datang ke Getsemani untuk berdoa. Itu adalah tempat di mana Ia telah pergi ke sana berkali-kali sebelumnya. Yesus mengharapkan kita melihat bahwa dosa kita mengubah segalanya sehingga Dia masuk ke dalam kesengsaraan. Tempat yang paling Dia nikmati adalah tempat di mana Ia dipanggil untuk paling menderita.

Atau Dia mungkin telah memilih Getsemani karena mengingatkan Dia tentang waktu-waktu yang lalu ketika Dia berdoa di tempat itu. Ini adalah tempat di mana Allah telah sering menjawab doa-Nya. Dia mungkin merasa bahwa Dia perlu mengingat jawaban Allah atas doa untuk membantu-Nya sekarang, karena ia masuk ke dalam penderitaan.

Mungkin alasan utama Dia pergi ke Getsemani untuk berdoa adalah bahwa itu sudah menjadi kebiasaan-Nya untuk pergi ke sana, dan semua orang tahu itu. Yohanes mengatakan, “Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya” (Yohanes 18:2). Yesus sengaja pergi ke tempat di mana Ia tahu mereka akan menangkap Dia. Ketika tiba saatnya bagi Dia untuk dikhianati, Ia pergi “seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian” (Yesaya 53: 7). Dia tidak bersembunyi dari tentara Imam Besar. Dia tidak perlu diburu seperti pencuri, atau dicari oleh mata-mata. Yesus pergi dengan sengaja ke tempat di mana si pengkhianat bisa dengan mudah menemukan-Nya dan musuh-Nya menangkap Dia.

Dan sekarang kita memasuki Taman Getsemani. Betapa gelap dan mengerikan di sana malam itu. Tentunya kita dapat mengatakan bersama dengan Yakub, “Alangkah dahsyatnya tempat ini” (Kejadian 28:17). Merenungkan tentang Getsemani, kita akan memikirkan tentang penderitaan Kristus, dan saya akan berusaha untuk menjawab tiga pertanyaan tentang kesedihan-Nya di Taman itu.

I. Pertama, apakah penyebab rasa sakit dan penderitaan Kristus di Getsemani?

Alkitab memberitahu kita bahwa Yesus adalah “seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan” (Yesaya 53: 3), tetapi Dia tidak memiliki kepribadian tertekan. Dia memiliki kedamaian seperti dalam diri-Nya sehingga Dia bisa mengatakan “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu” (Yohanes 14:27). Saya tidak berpikir saya salah ketika saya mengatakan bahwa Yesus adalah seorang yang penuh damai sejahtera, bahagia.

Tapi di Getsemani semua berubah. Damai itu hilang. Kegembiraan-Nya berubah menjadi kesedihan. Ketika menuruni bukit curam yang mengarah dari Yerusalem, menyeberang sungai Kidron, menuju Getsemani, Juruselamat berdoa dan berbicara dengan riang (John 15-17).

“Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya” (Yohanes 18:1).

Yesus telah hampir tidak mengatakan sepatah kata pun tentang perasaan sedih atau depresi sepanjang hidup-Nya. Tapi sekarang, ketika memasuki taman itu, semua berubah. Dia menangis, “Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku” (Matius 26:39). Dalam seluruh hidup-Nya, Yesus telah hampir tidak mngucapkan ekspresi kesedihan atau depresi, namun di sini Dia mendesah, berpeluhkan darah, dan mengatakan, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Matius 26:38). Apa yang salah dengan Engkau, Tuhan Yesus, sehingga Engkau harus menjadi sangat tertekan?

Hal ini jelas bahwa kesedihan ini dan kesusahan tidak disebabkan oleh rasa sakit di tubuh-Nya. Yesus belum pernah mengeluhkan masalah fisik. Dia pernah sedih ketika teman-Nya Lazarus mati. Dia pasti merasa sedih ketika musuh-Nya mengatakan bahwa Dia adalah peminum, dan ketika mereka menuduh Dia mengusir setan dengan kuasa setan. Tapi Dia telah berani melalui semua itu dan telah berhasil melalui semua itu. Itu sudah dilewati-Nya. Pasti ada sesuatu yang lebih tajam daripada rasa sakit, lebih menyatat daripada celaan, lebih mengerikan dari kematian, yang saat itu sedang mencengkeram Juruselamat, dan membuat-Nya “merasa sedih dan gentar” (Matius 26:37).

Apakah Anda berpikir bahwa itu adalah rasa takut akan kematian, dan ketakutan akan penyaliban? Banyak martir telah berani mati demi iman mereka. Tidaklah menghormati Kristus jika berpikir bahwa Dia kurang memiliki keberanian dibandingkan dengan mereka. Tuhan kita tidak boleh dipikirkan kalah dengan para martir-Nya sendiri yang mengikuti Dia sampai mati! Juga, Alkitab mengatakan, “Yesus… yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia…” (Ibrani 12: 2). Tidak ada orang yang bisa menanggung rasa sakit kematian lebih baik dari Yesus. Ini tidak bisa menjadi alasan untuk penderitaan-Nya di Taman itu.

Juga, saya tidak percaya bahwa penderitaan Getsemani disebabkan oleh serangan yang luar biasa dari setan. Pada awal pelayanan-Nya, Kristus telah melewati konflik yang besar dengan Iblis ketika Dia ada di padang gurun. Namun kita tidak membaca bahwa Yesus “menderita” di padang gurun. Dalam pencobaan di padang gurun tidak ada peluh darah seperti di Getsemani. Ketika Tuhan dari para malaikat itu berdiri berhadapan dengan Setan, Dia tidak mengucapkan teriakan yang kuat dan tidak ada air mata jatuh ke tanah dan memohon bantuan Bapa. Dibandingkan dengan ini, konflik yang pernah Kristus miliki dengan Setan itu ringan. Tapi penderitaan di Getsemani ini sangat melukai jiwa-Nya dan hampir membunuh-Nya.

Jadi, apa yang menyebabkan penderitaan-Nya? Ini adalah ketika Allah menempatkan Dia untuk menderita karena kita. Yesus harus mengambil cawan dari tangan Bapa. Dia sangat takut. Oleh karena itu Anda dapat yakin bahwa itu lebih mengerikan daripada sakit fisik, yang Ia tidak takuti. Itu lebih buruk daripada menghadapi orang yang marah dengan-Nya - yang Dia tidak coba hindari. Itu lebih mengerikan dari godaan setan – yang Dia telah diatasi. Itu adalah sesuatu yang tak terbayangkan betapa mengerikannya, sangat mengerikan - yang datang dari Allah Bapa kepada-Nya.

Ini akan menghapus semua keraguan tentang apa yang menyebabkan penderitaan-Nya:

“TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yesaya 53:6).

Dia sedang menanggung kutuk yang seharusnya dijatuhkan pada orang-orang berdosa. Dia berdiri dan menderita menggantikan tempat orang berdosa. Itulah rahasia dari semua penderitaan yang tidak sepenuhnya mungkin bagi saya untuk menjelaskannya. Tidak ada pikiran manusia yang dapat sepenuhnya memahami penderitaan ini.

Hanya Tuhan dan Tuhan sendiri
Yang sepenuhnya memahami beban itu
   (“Thine Unknown Sufferings” oleh Joseph Hart, 1712-1768).

Anak Domba Allah menanggung dosa manusia di dalam tubuh-Nya, dan beban dosa kita diletakan atas jiwa-Nya.

“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (I Petrus 2:24).

Saya percaya bahwa segala dosa kita ditempatkan “di dalam tubuh-Nya” di Getsemani, dan bahwa Ia menanggung dosa-dosa kita di kayu Salib pada hari berikutnya.

Di sana di Taman itu Kristus sepenuhnya menyadari apa itu menjadi penanggung dosa. Ia menjadi kambing hitam, menanggung dosa-dosa Israel atas kepala-Nya, untuk diambil dan dijadikan korban penghapus dosa, untuk dibawa keluar perkemahan dan benar-benar dihanguskan oleh api murka Allah. Sekarang Anda melihat mengapa Kristus sangat ketakutan? Itu adalah hal yang sangat mengkhawatirkan bagi Kristus dengan berdiri di hadapan Allah menggantikan tempat kita yang berdosa - seperti Luther katakan, akan tampak oleh Allah seolah-olah Dia adalah semua orang berdosa di dunia. Dia sekarang menjadi pusat dari semua pembalasan dan murka Allah. Ia menanggung pada diri-Nya, hukuman yang seharusnya dijatuhkan pada orang berdosa. Berada di posisi ini pasti sangat mengerikan bagi Kristus.

Kemudian, juga, hukuman dosa mulai dijatuhkan pada-Nya di Taman itu. Pertama, dosa itu sendiri dijatuhkan pada-Nya, dan kemudian hukuman atas dosa itu. Itu bukan penderitaan kecil untuk memenuhi keadilan Allah atas dosa-dosa manusia. Saya tidak pernah takut untuk melebih-lebihkan apa yang dialami Tuhan kita. Seluruh Neraka dituangkan ke dalam cawan yang Dia harus minum.

Penderitaan yang meremukkan roh Juruselamat, lautan luas dan tak terukur dari penderitaan yang tak terkatakan yang merasuk ke dalam jiwa Juruselamat dalam kematian-Nya sebagai korban, sungguh tak terbayangkan sehingga saya tidak harus mencoba menjelaskan terlalu jauh, atau seseorang akan menuduh saya mencoba untuk menjelaskan sesuatu yang tidak mungkin dijelaskan. Tapi ini yang saya akan katakan, semburan dari dosa manusia yang begitu besar, yang jatuh pada Kristus, telah menenggelamkan Dia dalam peluh darah. Diperlakukan sebagai orang berdosa, dihukum sebagai orang berdosa, meskipun Dia tidak pernah berdosa - itu yang menyebabkan Dia menderita seperti yang dijelaskan oleh teks kita ini.

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).

Selanjutnya kita sampai pada pertanyaan berikutnya.

II. Kedua, apa arti dari peluh darah Kristus?

Ellicott memberitahu kita bahwa realitas dari peluh darah adalah “pandangan yang telah diterima secara umum” (Charles John Ellicott, Commentary on the Whole Bible, volume VI, hlm. 351). Dia melanjutkan untuk menunjukkan bahwa “Istilah ‘peluh darah,’ dipandang sebagai sebuah gejala dari kelelahan ekstrim dalam Aristoteles” (ibid.). Dari Agustinus sampai hari ini sebagian komentator telah menyatakan bahwa kata “seperti” menandakan bahwa itu benar-benar darah secara literal. Kami juga percaya bahwa Kristus benar-benar berpeluhkan darah. Meskipun ini agak tidak umum, telah disaksikan pada orang lain di berbagai kesempatan dalam sejarah. Dalam buku kedokteran lama dari Galen, dan beberapa yang lebih belakangan, ada banyak catatan tentang orang-orang yang setelah mengalami kelemahan panjang memiliki peluh darah.

Tapi kasus Kristus yang menumpahkan peluh darah adalah unik. Dia tidak hanya berkeringat darah, tapi darah itu dalam bentuk tetesan-tetesan besar atau “gumpalan,” tetesan-tetesan besar, berat. Ini belum terlihat dalam kasus manapun. Beberapa darah telah muncul dalam keringat orang sakit, tetapi tidak pernah dalam bentuk tetesan-tetesan besar. Kemudian kita diberitahu bahwa gumpalan-gumpalan darah itu tidak meresap ke dalam pakaian-Nya, tetapi “jatuh ke tanah.” Di sini Kristus berdiri sendiri dalam sejarah medis. Dia dalam keadaan sehat, seorang pria sekitar tiga puluh tiga tahun. Tetapi tekanan mental yang timbul dari berat beban-Nya karena dosa, menggoncangkan semua kekuatan-Nya, sehingga memaksa tubuh-Nya mengalami hal yang tidak wajar hingga pori-pori tubuh-Nya terbuka dan tetes-tetes darah tercurah dan jatuh ke tanah. Ini menunjukkan betapa besar beban dosa yang ditimpakan pada-Nya. Itu meremukkan Juruselamat sampai Dia berdarah dari dalam kulit-Nya.

Ini menetapkan sifat sukarela dari penderitaan Kristus, karena tanpa pisau darah mengalir deras. Para dokter memberitahu kita bahwa ketika kebanyakan orang yang sedang menderita ketakutan yang luar biasa, darah mengalir deras menuju jantung. Pipi menjadi pucat; seperti pingsan; darah mengalir ke dalam. Tapi lihatlah Juruselamat kita dalam penderitaan-Nya. Dia melupakan diri-Nya sendiri sehingga begitu banyak Darah-Nya, bukannya mengalir ke dalam untuk memelihara-Nya, namun justru didorong ke luar jatuh ke tanah. Pencurahan darah-Nya ke bumi merupakan gambaran tentang kepenuhan keselamatan yang ditawarkan secara cuma-cuma kepada Anda. Karena Darah itu tercurah dengan cuma-cuma dari kulit-Nya, maka Anda dapat disucikan dari dosa-dosa Anda dengan cuma-cuma ketika Anda percaya Yesus.

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).

Peluh darah jatuh sebagai hasil dari penderitaan dalam jiwa-Nya. Rasa sakit dalam jantung adalah rasa sakit yang terburuk. Kesedihan dan depresi adalah kesedihan paling gelap. Mereka yang pernah mengalami depresi berat dapat memberitahu Anda bahwa ini benar. Dalam Matius kita membaca bahwa Dia “sedih dan gentar” (Matius 26:37). “Gentar” - itu ekspresi penuh makna. Ini menggambarkan pikiran yang benar-benar dipenuhi oleh kesedihan, dengan mengesampingkan setiap pikiran lain. Posisinya sebagai penanggung dosa kita mengambil pikiran-Nya jauh dari semua yang lain. Dia dihempas bergulung-gulung oleh lautan penderitaan mental yang dahsyat. “Kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah” (Yesaya 53: 4). “Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas” (Yesaya 53:11). Hati-Nya menggagalkan-Nya. Dia merasa ngeri dan cemas. Ia “sangat gentar.” Seorang pembelajar, Thomas Goodwin mengatakan, “Kata itu menandakan semangat yang patah, menurun, dan tenggelam, seperti yang terjadi pada orang-orang dalam keadaan sakit dan pingsan.” Penyakit Epafroditus, yang membawanya dekat dengan kematian, disebut dengan kata yang sama. Jadi, kita melihat bahwa jiwa Kristus mengalami sakit dan lemah. Peluh-Nya disebabkan oleh karena kelelahan. Dingin, keringat dingin orang-orang yang sedang sekarat disebabkan oleh kelemahan tubuh mereka. Tapi peluh darah Yesus disebabkan oleh kematian dalam jiwa-Nya, di bawah beban dosa-dosa kita. Dia berada dalam keadaan jiwa pingsan yang mengerikan, dan mengalami kematian di dalam jiwa, disertai dengan tetes-tetes darah dari seluruh tubuh-Nya. Ia “sangat gentar.”

Injil Markus memberitahu kita bahwa Dia “sangat takut” (Markus 14:33). Kata Yunani ini berarti bahwa ketakutan-Nya menghasilkan kengerian ekstrim, seperti orang ketika hingga rambut mereka berdiri dan tubuh mereka gemetar. Ketika menerima hukum Taurat Musa gemetar ketakutan; demikian juga Tuhan kita terserang kengerian saat melihat dosa yang diletakkan pada-Nya.

Juruselamat, pertama-tama sedih, kemudian tertekan dan gentar, dan terakhir “sangat takut.” Dia dipenuhi dengan ketakutan. Ketika benar-benar tiba saatnya menjadi penanggung dosa-dosa kita, Ia benar-benar takut dan gentar untuk berdiri di tempat orang berdosa di hadapan Allah. Dia sangat takut Allah melihat-Nya sebagai wakil orang berdosa. Dia sangat takut karena pemikiran akan ditinggalkan oleh Allah. Itu menggoncangkan kesucian, kelembutan, sifat kasih-Nya, dan Dia “sangat takut” dan “sangat gentar.”

Kita selanjutnya diberitahu bahwa Dia berkata, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Matius 26:38). Kata Yunani “perilupos” berarti diliputi oleh kesedihan. Dalam penderitaan biasa umumnya ada beberapa celah untuk melarikan diri, ada harapan tempat bernapas. Kita umumnya dapat mengingatkan orang-orang dalam kesulitan bahwa kasus mereka mungkin saja bisa lebih buruk dari itu. Tapi dalam Yesus kasus yang lebih buruk tidak bisa dibayangkan, karena Dia bisa berkata seperti Daud, “Kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku” (Mazmur 116:3). Seluruh gelombang dan ombak Allah menggulung-Nya. Atas-Nya, di bawah-Nya, di sekeliling-Nya, di luar Dia, di dalam Dia, semua, semua adalah penderitaan dan tidak ada tempat untuk melarikan diri dari rasa sakit dan kesedihan-Nya. Tidak ada kesedihan bisa pergi menjauh dari Kristus, dan Dia berkata, “Hati-Ku sangat sedih,” diliputi oleh kesedihan, “seperti mau mati rasanya” – seperti berada di tepi kematian!

Dia tidak mati di Taman Getsemani, tetapi Dia menderita hingga seperti mati rasanya. Rasa sakit dan penderitaan-Nya membawa hingga sampai ke tepi kematian - dan kemudian berhenti.

Saya tidak terkejut bahwa tekanan jiwa yang seperti itu membuat keringat Tuhan kita menjadi seperti titik-titik darah. Saya telah membuat ini sejelas saya dapat lakukan dari sudut pandang manusia.

Hanya Tuhan dan Tuhan sendiri
Yang sepenuhnya memahami beban itu

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).

III. Ketiga, mengapa Kristus melalui semua ini?

Saya yakin bahwa banyak orang bertanya-tanya mengapa Kristus harus melalui penderitaan tersebut dan berpeluhkan darah. Mereka mungkin berkata, “Saya tahu Dia mengalami semua itu, tapi saya tidak mengerti mengapa Dia harus mengalaminya.” Saya akan memberikan enam alasan mengapa Yesus harus mengalami ini di Taman Getsemani.

1. Pertama, untuk menunjukkan kepada kita kemanusiaan sejati-Nya. Jangan menganggapnya sebagai Tuhan saja, meskipun tentu saja Dia sepenuhnya Allah, tetapi rasakan bahwa Dia mirip dengan Anda, memiliki tulang seperti tulang Anda, daging seperti daging Anda. Betapa Dia benar-benar bisa bersimpati dengan Anda! Dia telah dibebani dengan semua beban Anda dan berduka karena semua kesedihan Anda. Tidak pernah ada yang terjadi pada Anda yang Yesus tidak fahami. Itulah sebabnya Dia mampu membawa Anda melewati semua pencobaan Anda. Jadikan Yesus sebagai sahabat Anda. Dia akan memberikan kenyamanan yang akan membawa Anda mampu melewati semua masalah kehidupan.

2. Kedua, untuk memberikan teldan. Rasul Petrus berkata, “Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (I Petrus 2:21). Saya benar-benar tidak setuju dengan para pengkhotbah yang memberitahu Anda bahwa hidup Anda sebagai seorang Kristen akan mudah! Rasul Paulus berkata, “Setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (II Timotius 3:12). Ia berkata, “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus” (II Timotius 2: 3). Paulus mengatakan itu kepada seorang pengkhotbah muda. Pelayanan merupakan sebuah kerja keras. Kebanyakan orang tidak bisa melakukannya. Menurut George Barna, 35 sampai 40 persen dari semua pendeta meninggalkan pelayanan hari ini. Ini salah satu panggilan yang paling sulit di dunia. Tidak ada orang yang bisa bertahan kecuali dia adalah seorang prajurit Kristus! Tidak hanya pendeta, tapi semua orang Kristen yang baik akan melewati penderitaan untuk melayani Tuhan. Alkitab mengatakan, “bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kisah Para Rasul 14:22). Saya pikir ini adalah Dr. John Sung yang mengatakan, “Tidak ada salib - tidak ada mahkota.”

3. Ketiga, pengalaman-Nya di Taman itu menunjukkan kejahatan dosa. Anda adalah orang berdosa, sedangkan Yesus tidak pernah memiliki dosa. Oh orang berdosa, dosa Anda harus menjadi hal yang mengerikan karena menyebabkan rasa sakit seperti yang dialami di dalam diri Kristus. Imputasi dosa kita menyebabkan peluh darah-Nya.

4. Keempat, penderitaan-Nya akibat hukuman di Taman itu menunjukkan kasih-Nya untuk kita. Dia menanggung kengerian yang dijatuhkan atas orang berdosa menggantikan kita. Kita berutang kepada-Nya atas semua penderitaan untuk menggantikan tempat kita itu, untuk membayar hukuman dosa kita. Kita harus mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh sebesar Dia yang begitu mengasihi kita.

5. Kelima, pandanglah Yesus di Taman itu dan renungkan penebusan-Nya yang agung. Betapa hitamnya saya, betapa kotornya di hadapan Allah. Saya merasa bahwa saya hanya layak untuk dicampakkan ke dalam neraka. Saya sangat takut bahwa Allah tidak lama lagi akan melemparkan saya ke sana. Tapi saya pergi ke Getsemani, dan saya melihat di bawah pohon-pohon zaitun, dan di sana saya melihat Juruselamat saya. Ya, saya melihat-Nya berkubang di tanah dalam siksaan, dan saya mendengar Dia mengerang. Saya memandang tanah di sekitar-Nya dan saya melihatnya merah oleh darah-Nya, sementara wajah-Nya berlumuran oleh peluh darah. Saya berkata kepada-Nya, “Juruselamat, apa salah-Mu?” Saya mendengar Dia menjawab, “Aku menderita karena dosamu.” Dan saya menyadari bahwa Allah dapat mengampuni dosa-dosa saya melalui pengorbanan-Nya bagi saya. Datanglah kepada Yesus dan percayalah kepadaNya. Dosa Anda akan diampuni oleh Darah-Nya.

6. Keenam, pikirkan teror hukuman yang akan datang kepada mereka yang menolak Darah penebusan-Nya. Pikirkan bahwa jika Anda menolak Dia suatu hari nanti Anda harus berdiri di hadapan Allah yang kudus dan dihakimi karena dosa-dosa Anda. Saya akan memberitahu Anda, dengan rasa sakit di hati saya karena saya memberitahu Anda, apa yang akan terjadi pada Anda jika Anda menolak Juruselamat, Yesus Kristus. Bukan di sebuah Taman, tetapi di tempat tidur, Anda akan dikejutkan dan dikuasai oleh kematian. Anda akan mati dan jiwa Anda akan dibawa untuk dihakimi dan dikirim ke neraka. Kiranya Getsemani memperingatkan Anda. Kiranya erangan dan air mata dan peluh darah itu menggerakkan Anda untuk bertobat dari dosa dan percaya kepada Yesus. Datanglah kepada-Nya. Percayalah kepada-Nya. Ia telah bangkit dari antara orang mati dan hidup, duduk di sebelah kanan Allah di Sorga. Datanglah kepada-Nya sekarang dan diampuni, sebelum terlambat. Amin.


Jika khotbah ini memberkati Anda Dr. Hymers akan senang mendengar dari Anda. KETIKA ANDA MENULIS KEPADA DR. HYMERS ANDA HARUS MEMBERITAHU BELIAU DARI NEGARA MANA ANDA MENULIS ATAU IA TIDAK DAPAT MENJAWAB EMAIL ANDA. Jika khotbah ini memberkati Anda silahkan mengirim email kepada Dr. Hymers dan ceritakan kepadanya, tetapi selalu jelaskan pada beliau dari negara mana Anda mengirimnya. E-mail Dr. Hymers ada di rlhymersjr@sbcglobal.net (klik di sini). Anda dapat menulis email kepada Dr. Hymers dalam bahasa apapun, namun tulislah dalam bahasa Inggris jika Anda dapat. Jika anda ingin menulis surat kepada Dr. Hymers melalui pos, alamat beliau adalah P.O. Box 15308, Los Angeles, CA 90015. Anda boleh menelepon beliau di (818)352-0452.

(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah Dr Hymers setiap minggu di Internet
www.sermonsfortheworld.com.
Klik pada “Khotbah Indonesia.”

Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Anda dapat menggunakannya tanpa
meminta izin kepada Dr. Hymers. Namun, semua video khotbah Dr. Hymers dilindungi
hak cipta dan hanya dapat digunakan dengan izin.

Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Mr. Abel Prudhomme: Lukas 22:39-44.
Persembahan Pujian Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“Thine Unknown Sufferings” (oleh Joseph Hart, 1712-1768).


GARIS BESAR KHOTBAH

PELUH DARAH

THE BLOODY SWEAT

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).

(Yohanes 18:2; Yesaya 53:7; Kejadian 28:17)

I.   Pertama, apakah penyebab rasa sakit dan penderitaan Kristus di Getsemani? Yesaya 53:3; Yohanes 14:27; 18:1; Matius 26:39, 38, 37; Ibrani 12:2; Yesaya 53:6; I Petrus 2:24; Lukas 22:44.

II.  Kedua, apa arti dari peluh darah Kristus? Lukas 22:44; Matius 26:37;
Yesaya 53:4, 11; Markus 14:33; Matius 26:38; Mazmur 116:3;
Lukas 22:44.

III. Ketiga, mengapa Kristus melalui semua ini? I Petrus 2:21;
II Timotius 3:12; 2:3; Kisah Rasul 14:22.