Print Sermon

Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.

Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.

Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net. .




APAKAH ADANYA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN MEMBUKTIKAN BAHWA ALLAH TIDAK ADA? 

(Does the Existence of Evil and Suffering Prove There Is No God?)

oleh Dr. R.L. Hymers, Jr.
Diterjemahkan oleh Dr. Eddy Peter Purwanto

Kotbah ini dikotbahkan pada minggu pagi, 29 Mei 2005
di Baptist Tabernacle of Los Angeles

"Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." (Maz. 14:1).


Para mahasiswa di perguruan tinggi sering memperdebatkan masalah kejahatan. Jika Allah ada, mengapa kejahatan itu ada dalam dunia? Jika Ia ada, mengapa Allah tidak menghentikan kejahatan? Banyak orang berpikir bahwa adanya kejahatan membuktikan bahwa Allah tidak ada. Argumentasinya seperti ini; 


1. Kejahatan dan penderitaan ada di dalam dunia. 

2. Jika Allah mahakuasa, Ia mampu mencegah semua ini. 

3. Jika Allah mahabaik, dan mahakasih, Ia akan mencegahnya. 

4. Jika ada Allah yang mahakuasa dan mahabaik, maka kejahatan dan penderitaan tidak akan ada di dunia ini. 

5. Oleh sebab itu, tidak ada Allah yang mahakuasa dan mahabaik itu.

 

Ini adalah serangan serius terhadap kepercayaan kepada Tuhan. Argumentasi ini telah digunakan di camp-camp Hitler dari Jerman. "Jika Allah ada," pertanyaan muncul, "mengapa Ia membiarkan hal-hal ini terjadi?" Ini adalah argumentasi umum di sepanjang sejarah. Pada tingkat yang lebih pribadi lagi, muncul pertanyaan seperti ini, "Jika Allah ada, mengapa Ia membiarkan saya mengalami kesakitan dan penderitaan ini?"

Bagaimana orang Kristen dapat menjawab pertanyaan ini? Saya percaya bahwa ada tiga cara utama untuk menjawabnya dari Alkitab. 

I. Allah Tidak Menciptakan Kejahatan dan Penderitaan. 

Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Orang Kristen tidak menghindar dari pertanyaan ini. Mereka menjawabnya dengan berkata bahwa Allah tidak menciptakan kejahatan dan tidak dapat dipersalahkan karena adanya kejahatan. Secara pribadi, saya tidak pernah merasa bahwa pertanyaan ini pantas untuk dijawab. Saya lahir dari keluarga dan lingkungan non-Kristen. Saya telah mendengar keluarga saya sendiri menggunakan argumentasi ini untuk menentang Tuhan, sejak saya masih kecil, dan kemudian dengan cara yang lebih pintar lagi argumentasi ini digunakan ketika saya kuliah di universitas sekuler (California State University, Los Angeles). Kesimpulan yang saya tarik sejak kecil, menjadi pendirian saya sampai saya kuliah di perguruan tinggi. Ini sederhana saja, yaitu, "Kamu tidak dapat mempersalahkan Tuhan karena kejahatan diciptakan oleh Setan dan keberadaan manusia yang berdosa. Allah mengijinkan Setan dan manusia dengan memberikan kehendak bebas untuk menentukan pilihannya, dan mereka membuat pilihan yang salah yang memimpin kepada penderitaan dan kejahatan." Inilah apa yang saya pikirkan sewaktu saya masih kecil yang nampaknya merupakan jawaban yang sempurna untuk saat ini.

Dalam Yehezkiel 28 dan Yesaya 14, kita diberikan gambaran tentang masuknya kejahatan ke dalam alam semesta. Perhatikan Yesaya 14:12-15 untuk diskripsi lebih jelas tentang ini. Bacalah ayat berikut ini dengan suara keras.

"Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur (Lucifer), putera Fajar, sengkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan tahtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat paling dalam di liang kubur. " (Yesaya 14:12-15). 

Jadi di sini Anda memiliki penjelasan untuk kejahatan, sebagaimana ditunjukkan oleh Alkitab. Allah mengijinkan Setan memiliki sejumlah kehendak bebas yang terbatas, yang mana Setan adalah malaikat yang jatuh dan diusir dari Sorga, ketika ia memberontak kepada Allah. Sebagai hasilnya ia diusir keluar dan dibuang ke bumi, menunggu hari di mana ia akan dibuang ke Neraka.

Pada pasal ketiga Kitab Kejadian, kita menemukan manusia pertama di Taman Eden. Ular juga ada di sana dan dipakai Setan untuk mencobai manusia. Setan mencobai manusia untuk berbuat dosa yang membawa kehancuran manusia dan menyebabkan manusia sebagai ciptaan yang berada di bawah kutuk. Tuhan memberikan kehendak bebas secara terbatas kepada manusia, dan manusia menyalahgunakan kehendak bebas ini dengan menentang dan ingin menjadi seperti Tuhan, yaitu dengan makan buah yang yang dilarang Tuhan. Konsekuensi yang menyedihkan akhirnya harus diterima oleh manusia dan semua ciptaan. Bukalah Kejadian 3:17-19 yang menjelaskan ini. Mari kita berdiri dan membaca ketiga ayat ini dengan suara keras. 

"Lalu firman-Nya kepada Adam: "Karena engkau mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuprintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuhan-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau di ambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:17-19). 

Seperti itulah Anda. Semua manusia menderita, dan bahkan menderita sudah menjadi naturnya, dan ini bukan Tuhan yang menyebabkannya, tetapi dari pilihannya sendiri yang salah, memberontak kepada Allah melalui pemberontakan nenek moyang kita, Adam.

Jadi, kita melihat dari perikop Alkitab ini bahwa kita tidak dapat mempersalahkan atau menghakimi Tuhan atas adanya kejahatan di dunia ini. Kejahatan dan penderitaan adalah konsekwensi dari dosa dan pemberontakan Setan dan manusia.

Sekarang, si Atheis mungkin berkata, "Mengapa Tuhan mengijinkan Setan dan manusia memilih atau memberi kehendak bebas kepada mereka? " Jawabannya, dengan pikiran saya yang terbatas saya mau katakan bahwa Tuhan memilih untuk memberikan kebebasan untuk tujuan yang benar kepada Setan dan manusia, dan mereka membuat pilihan yang salah. Inilah kelihatannya jawaban yang benar bagi saya. Ini adalah jawaban yang sangat sederhana.

Auschwitz dan yang lainnya mati di camp Hitler dari Jerman merupakan hasil dari dosa dan ketidaktaatan kepada Tuhan. Inilah yang menyebabkan peperangan di Eropa, Timur Tengah dan Perang Salib. Gereja Katolik pada abad pertengahan tidak mentaati pengajaran Perjanjian Baru dengan benar, sehingga mereka mengabaikan pengajaran Yesus tentang "mengasihi sesama seperti diri sendiri" ketika mereka menghadapi orang-orang yang tidak setuju terhadap praktik dan pengajarannya. Sebagai akibat masyarakat kami yang memberontak kepada Tuhan dan menolak pengajaran Kristus untuk memiliki kasih dan kemurahan, mereka telah membunuh 46 juta bayi di Abortion Holocaust di Amerika. Kita tidak dapat mempersalahkan Tuhan. Tuhan tidak melakukan apapun yang menyebabkan kejahatan. Manusialah yang menyebabkannya melalui bujukan Setan, dan menjadi musuh dari Tuhan.

Tetapi mengapa Tuhan mengijinkan mereka melakukan kejahatan? Karena Ia memberikan kepadanya kehendak bebas untuk melakukan yang patut mereka lakukan, dan mereka memilih untuk tidak taat kepada Tuhan. Jika Tuhan tidak memberi kehendak bebas kepada mereka, maka mereka adalah robot dan bukan manusia yang memiliki kemampuan untuk memilih.

II. Kedua, kejahatan dan penderitaan tidak bersifat permanen.

Jawaban kedua dari masalah kejahatan dan penderitaan ini adalah bahwa ini tidak bersifat permanen. Seorang penulis dan pembela iman Kristen terkenal, Johs McDowell, berkata, 

Karena kejatuhan manusia ke dalam dosa menyebabkan dunia menjadi kacau balau. Ini bukanlah yang seharus terjadi… beberapa solusi yang harus diberikan untuk berbagai masalah yang dihadapi manusia ini harus memberikan pertimbangan bahwa dunia tempat kita hidup saat ini tidak normal yang menyebabkan semua itu. (Josh McDowell, A Ready Defense, Thomas Nelson Publishers, 1993, p. 412). 

Ya, dunia kita saat ini kacau balau, atau seperti yang dikatakan oleh McDowell, "tidak normal", tidak seperti keadaan semula ketika dunia ini diciptakan Tuhan.

Tetapi ini bukanlah keseluruhan dari kisahnya. Dunia yang baru akan datang, yang mana Tuhan akan menjadikan segala sesuatunya menjadi baik. Penderitaan, kesengsaraan, dan kejahatan akan berakhir. 

"Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu. Ia yang duduk di atas tahta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (Wahyu 21:4-5). 

Saya tahu bahwa penjelasan ini tidak akan membuat orang Atheis merasa puas. Ia akan berkata seperti ini: "Tetapi mengapa Tuhan tidak melakukannya sekarang?" Bukalah Roma 11:33-34. Marilah kita berdiri dan membaca kedua ayat ini dengan suara keras. Kita mulai membaca ayat 33. 

"O, alangkah dalamnya kekayaan, himat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasehatNya?" (Roma 11:33-34). 

Kita tidak dapat sepenuhnya memahami mengapa Tuhan menunggu untuk menjadikan segala sesuatunya menjadi baik, karena Alkitab tidak menyatakan segala sesuatu tentang keputusan, jalan dan tujuan Tuhan.

Saya tahu bahwa ini tidak akan membuat orang Atheis merasa puas dengan jawaban siapakah yang dapat mengetahui isi hati Tuhan. Tetapi, dalam pikiran terbatas saya, saya katakan bahwa saya bahkan tidak dapat menjelaskan mengapa manusia melakukan apa yang mereka telah lakukan, tanpa Tuhan! Roma 11:33-34 berkata bahwa kita tidak sepenuhnya memahami "pikiran Tuhan." Untuk pikiran terbatas saya, kebenaran ini tidak dapat dijelaskan. Sejak saya tidak memiliki pemahaman yang penuh terhadap motiv dan pikiran teman-teman saya, bagaimana saya dapat memahami motiv dan pikiran Tuhan?

III. Ketiga, kejahatan dan penderitaan telah dialami Tuhan sendiri dalam keadaan sebagai manusia.

Inilah apa yang dimaksud dengan term "inkarnasi", yaitu artinya Tuhan menjadi manusia atau menjadi daging. 

"Firman itu menjadi manusia, dan diam di antara kita." (Yohanes 1:14). 

"Sebab dalam Dialah [Kristus] berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan." (Kolose 2:9). 

Kristus adalah Allah yang turun ke dunia menjadi manusia. Dorothy Sayers berkata, 

Karena apapun alasannya Tuhan menjadi manusia sebagaimana… Ia sendiri mengalami semua yang dialami oleh manusia, dari masalah-masalah kecil dalam keluarga dan pengalaman yang sangat menyakitkan, kesulitan keuangan, penderitaan, kesengsaraan, penghinaan, penolakan dan bahkan kematian. Ketika Ia dalam keadaanNya sebagai manusia, Ia hidup sebagaimana manusia lainnya. Ia lahir dalam kemiskinan dan mati dalam kekejaman dan Ia telah melewati semua hal yang buruk. (Dorothy Sayers, Creed or Chaos? Harcourt, Brace and Co., 1949, p. 4). 

Allah, di dalam Kristus, pergi ke kayu salib untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Ini menyelesaikan masalah kejahatan dalam perpektif utamanya. Kejahatan dan penderitaa dikalahkan oleh Kristus ketika Ia bangkit dari kematian.

Eksistensi kejahatan dan penderitaan tidak membuktikan bahwa Allah tidak ada. Namun justru membuktikan manusia yang penuh dosa, dan perlunya manusia akan pengampunan dan penebusan. Dan Allah Putera datang ke dalam dunia untuk menebus manusia yang penuh dengan dosa. Rasul Paulus berkata, 

"Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa." (I Timotius 1:15). 

Pendeta Richard Wurmbrand telah bertobat dari pandangan atheisnya pada waktu masih muda. Kemudian ia menghabiskan empat belas tahun siksaan dan penderitaan di penjara Komunis karena memberitakan Injil. Pada tahun 1964 Pendeta Wurmbrand dibebaskan dari pemerintahan Komunis Romania ketika orang-orang Kristen dari Barat menebusnya dengan $10,000 untuk kebebasannya. Pada Mei 1966 Wurmbrand bersaksi di depan Senat Amerika. Ia membuka kemejanya di depan para Senator dan menunjukkan 18 luka siksaan pada tubuhnya. Kisah ini diberitakan surat kabar di seluruh dunia. Saya kenal baik dengan Pendeta Wurmbrand. Istri saya dan saya pernah makan malam bersama dengan Pendeta dan Ibu Wurmbrand di rumah mereka. Ia pernah khotbah beberapa kali di gereja kami. Ia selalu duduk ketika berkhotbah karena telapak kakinya tertutup luka pukulan yang membuat ia susah berdiri. Dalam bukunya, Tortured for Christ, Pendeta Wurmbrand berbicara tentang seorang perempuan muda yang diadili karena memberitakan Injil. Hakim Komunis yang atheis itu berkata, "Agamamu adalah anti-saintifik." Gadis itu menjawab, 

"Apakah Anda lebih tahu banyak tentang sain melebihi Einstin dan Newton? Mereka percaya Tuhan. Alam semesta kita menggunakan nama Einstin. Saya pernah belajar di sekolah lanjutan atas yang namanya Einstinian universe. Einstin menulis, "Jika kita mendengarkan nabi-nabi orang Yahudi dan Kekristenan sebagaimana Yesus telah ajarkan dengan apa yang datang setelah itu, khususnya dari para imam, kita memiliki agama yang dapat menyelamatkan dunia dari segala kejahatan sosial. Ini adalah tugas suci dari setiap orang untuk melakukan dengan segenap hidupnya untuk membawa agama ini kepada kemenangan." Dan ingatlah Pavlov, seorang ahli psikologi terbesar kita! Bukankah buku-buku kita menyebutnya sebagai orang Kristen. Bahkan Marx, dalam kata pengantarnya untuk Das Kapital berkata bahwa "Kekristenan, khususnya dalam bentuk Protestannya, adalah agama yang ideal untuk menjelaskan karakter yang telah dirusak oleh dosa." Saya memiliki karakter yang telah dirusak oleh dosa. Marx telah mengajar saya menjadi orang Kristen sehingga dapat menjelaskan ini. Bagaimana Anda sebagai Marxist (pengikut Marx) dapat mengadili saya untuk hal ini?" Ini sangat mudah untuk memahami mengapa hakim itu akhirnya terdiam. (Richard Wurmbrand, Tortured for Christ, Diane Books, 1976 reprint, p. 120).

Ini sangat mudah bagi seorang professor perguruan tinggi, yang hidup dalam kenyamanan di negeri Barat untuk berkata bahwa keberadaan kejahatan membuktikan bahwa Allah tidak ada. Tetapi banyak orang Kristen yang hidup di bawah Komunisme dan sangat menderita demi membela iman mereka, seperti Pendeta Wurmbrand dan perempuan muda itu, tahu bahwa keberadaan kejahatan hanya membuktikan bahwa manusia penuh dosa dan perlu menemukan kasih dan keselamatan dalam Yesus Kristus.

"Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa." (I Timotius 1:15).

(SELESAI)
Anda dapat membaca khotbah-khotbah Dr. Hymers' setiap minggu di Internet 
di www.rlhymersjr.com. Click on "Sermon Manuscripts."

diterjemahkan oleh Dr. Eddy Peter Purwanto @
http://www.sttip.com

Pembacaan Alkitab sebelum Kotbah oleh Dr. Kreighton L. Chan: Mazmur 14:1-7.
Solo Sung Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith: "How Great Thou Art" 
                            (by Carl G. Boberg, 1859-1940; translated by Stuart K. Hine, 1899-1989).

GARIS BESAR KHOTBAH

APAKAH ADANYA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN MEMBUKTIKAN BAHWA ALLAH TIDAK ADA?

Oleh Dr. R.L. Hymers, Jr.

"Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." (Maz. 14:1).

I.   Allah Tidak Menciptakan Kejahatan dan Penderitaan. Yesaya 14:12-15; 
Kejadian 3:17-19.

II.  Kedua, kejahatan dan penderitaan tidak bersifat permanen. Wahyu 21:4-5; Roma 11:33-34.

III. Ketiga, kejahatan dan penderitaan telah dialami Tuhan sendiri dalam keadaan sebagai manusia. Yohanes 1:14; Kolose 2:9; I Timotius 1:15.